Langit Menangis, Buruh Merintih

Langit Menangis, Buruh Merintih

Langit menangis, melihat tingkah penguasa

Langit hitam pekat, merintih sedih.

Selubungi hati manusia, berbalut pilu,
Menetes air mata, langit menangis, basahi bumi.

Diantara perjuangan buruh, menuntut upah,
Penguasa paksa kehendak, tanpa cinta.
Semilir angin menyapa malam pedih,
Menemani langit sepi, tak berbintang.

Bulan sembunyi di balik awan berselimut duka,
Buruh tercekam, antara waktu menunggu kebijakan.
Hitam langit berbalut duka,
Tawa yang kini hilang, di antara kita.

Memeluk erat, mereka yang dicinta,
Meronta melawan maut, yang mengintai paksa.
Duka… langit hitam mencekam,
Berlutut, menjerit hati buruh pasrah.

Memanggil nama-Nya,
Langit kembali menangis, melihat tingkah penguasa.

Bandung, 18 Desember 2024
Yanto
“Perjuangan Upah 2025”