Bekasi, KPonline – Gunung sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Burangkeng, Setu, Kabupaten Bekasi pada Jumat (15/11/2004). Sebelumnya mengalami longsor pasca hujan deras yang melanda wilayah tersebut pekan lalu.
Longsoran sampah menimbulkan kekacauan di lokasi karena menghambat aktivitas bongkar muat sampah. Akibatnya, puluhan armada transporter terjebak dalam antrean panjang, bahkan ada beberapa sopir yang terpaksa menginap di lokasi.
Situasi ini menjadi perhatian organisasi KAWALI Kabupaten Bekasi yang khusus mengurusi setiap masalah lingkungan hidup di wilayah Kabupaten Bekasi. Berdasarkan informasi yang, longsor yang terjadi kali ini diduga disebabkan oleh kurang baiknya pengelolaan dan penanganan sampah.
Sopian, selaku tim investigasi KAWALI Kabupaten Bekasi, mengaku prihatin dengan kondisi TPA Burangkeng yang semakin memperihatinkan. Apalagi situasinya memperlihatkan tumpukan sampah semakin menggunung hingga memakan badan jalan.
“Ini bukan pertama kali terjadi. Situasi seperti ini sudah berulang, dan dampaknya semakin parah,” ujar Sopian sembari menjelaskan bahwa TPA Burangkeng yang memiliki luas sekitar 11 hektar kini disebut-sebut sudah dalam kondisi overload, meski waktu operasionalnya belum mencapai enam bulan sejak dibersihkan.
Ketua KAWALI Kabupaten Bekasi, Yopi Oktavianto juga menyatakan kekecewaannya terhadap pihak pengelola TPA. Pengelola TPA dinilai tidak menjalankan amanat Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
“Penanganan sampah di TPA ini seharusnya dilakukan secara komprehensif dan tidak melanggar hukum, tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Dengan demikian pelaku pencemaran lingkungan hidup terbesar salah satunya adalah pemerintah itu sendiri, jika tidak segera diperbaiki maka akan merugikan lingkungan dan masyarakat,”, tegas Yopi.
Para sopir transporter juga ikut dampak dari longsoran ini. Mereka mengeluh harus antri selama berjam-jam, bahkan hingga berhari-hari, untuk membongkar muatan sampah.
“Kami hanya bekerja sesuai tugas, tapi kalau situasi begini, waktu dan tenaga kami terbuang percuma. Belum lagi bau menyengat yang harus kami hadapi,” keluh seorang sopir.
Permasalahan TPA Burangkeng bukan hanya soal teknis, tetapi juga soal kebijakan dan kesadaran lingkungan. Jika tidak ada langkah konkret, longsoran gunung sampah ini hanya akan menjadi awal dari krisis lingkungan yang lebih besar di masa depan.
“Langkah preventif seperti pengurangan sampah dari sumber, pengelolaan sampah organik, dan edukasi bagi masyarakat perlu segera diterapkan agar tidak ada lagi longsor di TPA yang merugikan banyak pihak,” jelas Sopian.
Penulis: Deddy Chandra
Foto: Sopian