Bogor, KPonline – “Oke, tunggu di rumahmu yo. Sebentar lagi aku OTW” suara kawanku yang bernama Ruri terdengar jelas melalui panggilan telepon berbasis internet.
Dia memastikan keikutsertaanku pada acara Malam 1 Muharam yang di selenggarakan oleh Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih Cabang Kabupaten Bogor.
Waktu menunjukkan hampir jam 24.00 WIB, aku dan Ruri berangkat menuju sebuah villa yang berada didaerah Gunung Geulis, dengan berboncengan sepeda motor kami melaju membelah malam.
Villa yang bernuansa klasik dan terletak hanya beberapa meter saja dari aliran sungai Cikeas. Tiba di lokasi sekitar pukul 00.30 WIB, masih terdengar beberapa penjelasan materi latihan dari Ketua PPS Betako Merpati Putih Cabang Kabupaten Bogor.
“Apa-apa yang sudah diberikan agar lebih mempererat kepada kerukunan antar sesama. Saya tidak pernah mengajarkan permusuhan. Ingat, kita semua mempunyai Tuhan, punya Allah SWT,” tegas Sulistiyanto Ketua Merpati Putih Cabang Kabupaten Bogor.
Anggota Merpati Putih yang menjadi peserta “malam suronan” kali ini lebih dari 40 orang, dan mereka sedang beristirahat guna mempersiapkan diri untuk sesi kedua yang rencananya akan dilakukan selepas sholat subuh.
Pada kesempatan istirahat kali ini, saya memberanikan diri untuk berbincang-bincang dengam salah seorang pengelola pondok pesantren Darussalam yang berada di wilayah Cileungsi, Bogor. Mulai dari pengalaman, pesan dan kesan selama mengikuti pelatihan Merpati Putih hingga sedikit membahas permasalahan agama dan politik.
“Sejak dulu saya sudah tertarik dengan Merpati Putih yang salah satunya dengan keilmuan “getaran” yang hanya dimiliki perguruan pencak silat Merpati Putih,” tutur Ustadz Roffi.
Pada akhirnya perbincangan tersebut mengantarkan kami yang mulai mengantuk, dan bergegas ke dalam villa guna sekedar merebahkan diri.
Di dalam villa, terlihat juga ketua harian Merpati Putih Kabupaten Bogor Suyuti yang sedang merebahkan badannya di atas beberapa kursi yang di jajarkan. Setelah para peserta melaksanakan sholat Subuh berjamaah, sesi kedua dibuka dengan pendidikan mental.
Ketua Cabang Merpati Putih Kabupaten Bogor memilih secara acak beberapa anggota untuk berbicara di depan anggota lain. Hampir mirip dengan pendidikan Public Speaking yang pernah aku dapatkan.
Sesi selanjutnya yaitu pengenalan alam, yaitu masuk kedalam sungai Cikeas, yang sebelumnya sudah di jelaskan tata cara pelaksanaannya oleh Sulistiyanto.
Pemanasan sebelum pelaksanaan sesi “rendaman” menjadi hal sangat perlu untuk dilakukan. Dan aku pun tak menyia-nyiakan momen yang cukup langka ini. Kuabadikan beberapa momen disaat sesi pengenalan alam kepada anggota Merpati Putih.
Acara terakhir adalah penutupan ala Merpati Putih yang kami sebut dengan “tradisi penutupan latihan” yang dipimpin langsung oleh Sulistiyanto. Banyak manfaat yang dirasakan oleh anggota Merpati Putih yang turut serta dalam kegiatan ini. Diantaranya adalah Ustadz Roffi, yang penglihatannya terasa lebih tajam dan lebih jelas.
Ada banyak kesan yang pasti di dapatkan oleh anggota,salah satunya dari pengakuan ustad Roffi yang menyatakan penglihatannya seperti lebih tajam setelah mengikuti pelatihan.
Selain itu ada banyak manfaat lain yang aku rasakan, salah satunya adalah rasa kebersamaan, kekeluargaan dan persaudaraan walaupun kita tidak sedarah. Seperti yang diungkapkan oleh Nehemia, salah seorang pewaris perguruan Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan kosong (PPS BETAKO) Merpati Putih, “Karena kita ber-SILAT-urrohmi…”.
Menurutnya, selain pencak silat berfungsi untuk membela diri, untuk kesehatan dan lain-lain, pencak silat juga adalah ajang untuk bersilaturrohmi dengan anggota di tingkat cabang, regional, nasional bahkan ditingkat international.
Penulis : Pion Kbm