Mampukah Buruh Mengantar Wakilnya ke Parlemen?

Mampukah Buruh Mengantar Wakilnya ke Parlemen?

Batam,KPonline – Presiden FSPMI, Said Iqbal mengatakan “FSPMI kembali meminta kepada seluruh anggota untuk memenangkan calon legislatif yang sudah direkomendasikan oleh organisasi. Yakinlah pada satu hal, bahwa nasib buruh harus ditentukan oleh buruh itu sendiri. Maka memilih caleg kader buruh yang sudah direkomendasikan oleh organisasi adalah sebuah keharusan yang tak bisa ditawar. Sekali lagi, integritas mereka sudah diuji oleh organisasi.

Menjelang pemilu 2019 kesadaran dan partisipasi politik buruh semakin hari terasa semakin meningkat.

Bacaan Lainnya

Imtensitas gerakan buruh seperti perjuangan atas jaminan sosial, tolak upah murah dan outsoursing melalui mogok-mogok nasional yang mengkonsolidasikan kekuatan dan gerakan buruh dari beberapa wilayah industri di Indonesia, perlahan tapi pasti mulai menumbuhkan kesadaran para aktifis buruh untuk mulai “melek” politik.

Organisasi serikat buruh FSPMI misalnya juga tidak malu-malu untuk secara terang-terangan mendukung anggotanya untuk maju dalam pemilihan calon legislatife, pada moment pemilu kali ini.

Di Batam, jika selama ini kaum buruh Batam biasanya disibukkan dan berfokus pada isu-isu normatif seperti UMK maupun UMSK dan advokasi perselisihan perburuhan maka setali tiga uang dalam pesta Pemilu tahun ini FSPMI Batam mengirimkan beberapa anggotanya secara resmi sebagai utusan serikat untuk mengikuti perlombaan mendapatkan kursi legislasi baik DPRD I, DPRD II maupun DPR RI

Banyak pihak yang pesimis dengan majunya perwakilan buruh masuk ke dunia politik, karena tantangan yang dihadapi buruh dalam masuk ke ranah politik adalah bukan sekedar buruh menjadi menjadi wakil rakyat atau anggota legislative di parlemen.

Tetapi ketika buruh masuk ke sistem politik itu berarti pertangung jawabanya bukan hanya kepada organisasi serikatnya tapi juga kepada partai politik yang menjadi kendaraannya.

Karenanya kelak buruh yang telah duduk di kursi parlemen tersebut harus mampu membawa atau memasukkan kepentingan-kepentingan perburuhan menjadi agenda partai politik yang diusungnya.

Dengan anggota puluhan ribu, tentu di atas kertas seharusnya mereka akan dengan mudah bisa duduk di parlemen

Karenanya perlu kerja keras pengurus serikat hingga ke tingkat paling bawah untuk melayangkan pandangan dan perspektif melampaui batas-batas kapitalisme agar mampu melihat ke masa depan.

Kita tentu sudah mengetahui bahwa calon anggota legislatif dari buruh akan mampu menjadi pemimpin pemimpin yang berkelas.

Kita sudah muak melihat semua tabiat buruk elite politik yang sering kita saksikan sepanjang empat tahun terakhir: penakut, kongkalikong, gila hormat, korup, elitis. Tentunya tidak semua pemimpin reformis sama. Ada yang jujur dan tidak korup. Ada yang sungguh punya jiwa pemberani. Tapi ada juga yang benar-benar bajingan, dan mereka tidak sedikit jumlahnya.

Karenanya mendudukkan wakil buruh di parleman adalah wajib hukumnya bagi semua orang yang bergelar buruh.

“Orang yang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa, dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri. Politisi buruk rusaknya perusahaan nasional dan multinasional.”

(Et)