Jepara, KPonline – Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal meminta Presiden Joko Widodo memperhatikan keselamatan kaum buruh/pekerja yang tetap diminta bekerja di situasi meningkatnya kasus Covid-19 varian Omicron, Rabu (16/2/2022).
Said mengatakan, kasus Covid-19 varian Omicron pada klaster buruh terus mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut sudah pasti akan mengganggu produktivitas pabrik/perusahaan yang timbul akibat dari banyaknya buruh/pekerja yang menjalani isolasi mandiri (Isoman).
“Omicron di klaster buruh pabrik/perusahaan itu terus meningkat, isomannya sudah mulai banyak Pak Presiden. Ini akan mengganggu produktivitas,” kata Said dalam konferensi pers virtual Rabu (16/2/2022).
Said meminta kepada Presiden Joko Widodo supaya menginstruksikan ketua penanganan Covid-19 Jawa-Bali atau diluar Jawa-Bali untuk menerapkan sistem kerja bergilir pada buruh pabrik/perusahaan.
Sistem kerja bergilir tersebut bermaksud untuk mengurangi kerumunan sehingga penularan varian Omicron di klaster buruh dapat ditekan atau dikendalikan.
“Kami meminta kepada Bapak Presiden bisa menginstruksikan kepada ketua penanganan Covid-19 ini untuk Jawa-Bali atau di luar Jawa-Bali melakukan kalau di perusahaan perkantoran itu bisa WFH. Tapi kalau di pabrik gak mungkin, maka cara yang paling mungkin adalah kerja bergilir. Shift 1 masuk, shift 2 hari ini libur. Besuknya, shift 2 masuk, shift 1 libur. Itu mengurangi kerumunan,” ujar Said.
Lebih lanjut, Said turut mengkritisi lemahnya penerapan protokol kesehatan (Prokes) di perusahaan beberapa waktu terakhir hingga saat ini, seperti Tracing, Rapid Test dan SWAB PCR yang terkendala karena masih mahalnya biaya yang harus dikeluarkan.
“Dan protokol kesehatan di pabrik mulai melemah, paling hanya pakai masker dan cuci tangan. Tidak ada lagi Tracing, tidak ada Rapid Test, kan masih mahal Pak Jokowi. Oleh karena itu, Tracing, pemeriksaan itu masih lemah sekali,” imbuhnya.
Pihaknya juga memaparkan tingkat penularan varian Omicron di pabrik/perusahaan sudah mencapai angka 30 persen. Data tersebut diambil dari quisioner media dan sample dari 50 pabrik yang ada di Jawa dan di luar Jawa.
“Tingkat penularan di pabrik sudah pada angka 30 persen. Tapi kami hanya ambil sample sekitar 2 hari yang lalu sekitar 50 pabrik yang ada di Jawa dan di luar Jawa ternyata tingkat penularannya 30 persen dan itu isoman,” paparnya.
Dalam sesi akhir konferensi pers virtualnya, Said menegaskan bahwa sistem kerja bergilir menjadi alternative untuk menekan angka penularan Covid-19 varian Omicron di klaster buruh.
“Karena dalam pabrik tidak mengenal WFH, yang bisa adalah kerja bergilir atau diliburkan dulu seminggu,” tutup Said Iqbal.