Idiologi KSPI adalah Pancasila. Titik!
KSPI bukan penganut paham sosialis. Bukan organisasi kiri. Tidak belebihan jika kemudian setiap langkah dan keputusan yang diambil terinspirasi dari sila-sila yang yang ada didalam Pancasila. Didalam beberapa kesempatan, Presiden KSPI Said Iqbal pun menegaskan jika KSPI memperjuangkan kemanusiaan yang adil dan beradab serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kita ingin keadilan itu menjadi milik semua orang. Bukan hanya segelintir orang. Dan ketika berbicara tentang keadilan sosial, saya kira itu adalah intisari dari Pancasila.
Untuk memperjuangkan apa yang dicita-citakan, KSPI menggunakan strategi KLAP: Konsep – Loby – Aksi, yang kemudian ditambahkan dengan strategi Politik. Ketika ada yang mengajarkan agar KSPI menggunakan cara-cara konfrontasi dan pertentangan kelas, tentu saja organisasi ini tidak menerima.
Strategi KLAP dipergunakan KSPI dengan penuh kesungguhan. Sebagai contoh, bersama-sama dengan element yang lain, KSPI mengkonsolidasikan kekuatan untuk memperjuangkan jaminan sosial bagi seluruh rakyat. Kita tahu, sikap inilah yang kelak melahirkan Komite Aksi Jaminan Sosial (KAJS). Sebuah aliansi strategis yang membawa kelas buruh menjadi lebih terhormat dan disegani.
Awalnya, tidak sedikit yang mencibir. Bahkan terang-terangan meragukan kemampuan KSPI dalam melakukan konsolidasi gerakan. Dan kemudian sejarah mencatat, KAJS berhasil.
Keputusan untuk melakukan mogok nasional dua kali diambil oleh KSPI. Dengan segala resiko yang dihadapi. Mengabaikan tekanan dari banyak pihak yang menginginkan agar pemogokan dibatalkan.
Ketika memperjuangkan upah sektoral, ada juga yang menuding itu akan memecah belah buruh. Sebab bagi buruh, dimanapun mereka bekerja, kebutuhan hidupnya tetaplah sama. Tidak adil jika upahnya dibeda-beda. Tapi mereka lupa, realitasnya kemampuan perusahaan tidaklah sama. Tetapi KSPI tidak berkecil hati, ia tetap konsisten memperjuangkan upah layak.
Diluar itu semua, KSPI adalah organisasi yang independent. Setiap keputusan yang diambil oleh organisasi ini tidak ada yang dipengaruhi oleh pihak luar. Selalu didasarkan pada mekanisme yang telah ditetapkan dalam AD/ART. Keputusan untuk go politics – yang kemudian mendukung Prabowo Subianto sebagai Presiden RI – juga dilakukan melalui mekanisme Rapat Kerja Nasional. Ini bukan pribadinya Said Iqbal. Ini adalah strategi KSPI untuk memperjuangkan cita-citanya: membangun negara kesejahteraan (welfare state).
“Kita tidak bisa lepas dari penilain orang lain ketika berkiprah di ranah publik,” kata Said Iqbal, ketika siang itu kami ngobrol santai di Sekretariat DPP FSPMI.
Dengan kata lain, jika tidak ingin dinilai oleh orang, jangan bergerak ke ranah publik. Jangan melakukan apa-apa – tidurlah di rumah. Tentu saja, itu adalah sikap yang keliru. Karena jika serikat buruh hanya melulu bekerja ditingkat pabrik, maka ia tidak bisa berkonstribusi lebih besar untuk mengubah kebijakan negara. Kebijakan tentang jaminan sosial, upah, pendidikan, perumahan, semua itu adalah kebijakan publik. Pada titik ini, menjadi penting bagi kaum buruh untuk go politics.
Iqbal membantah jika keputusan untuk mendukung Prabowo disebut sebagai ambisi pribadi.
“Saya ingin mengatakan, kepentingan kita diatas segala-galanya,” ujarnya. Kemudian ia melanjutkan, “Ketika nanti Prabowo menang dalam Pilres, kemenangan itu juga sekaligus untuk memperjuangman kepentingan kaum buruh.”
Pendek kata, kalau 10 tuntutan tidak menjadi ukuran bagi kinerja Presiden, KSPI memastikan akan berada digaris depan oposisi. Dan itu sudah biasa dilakukan oleh organisasi ini.
KSPI memiliki gagasan dan cita-cita. Dan inilah cara organisasi ini memperjuangkannya: independent but not netral. (Kascey)