Jakarta, KPonline – Masih ingatkah tentang Marsinah? Dalam Konferensi Perempuan yang diadakan di Gedung Joeang 45, Jakarta, pada Selasa (7/3/2023), jauh-jauh dari Kota Malang hadir seorang perempuan sedarah dengan aktivis buruh tersebut.
Sebut saja Marsini, tak lain kakak kandung dari Marsinah sang arloji sejati. Marsinah seorang aktivis dan buruh pabrik pada masa Orde Baru, bekerja di PT. Catur Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, yang diculik dan kemudian ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993.
Setelah menghilang selama 3 hari, mayatnya ditemukan di hutan yang berada di dusun Jegong, desa Wilangan, dengan tanda-tanda bekas penyiksaan berat.
Marsini menceritakan betapa tangguhnya Marsinah pada waktu itu. “Pada jamannya gaji masih Rp. 1.350/ hari, untuk beli nasi saja tidak cukup. Dan saat itu harga mie instan Rp.500, jadi untuk 3x makan gak akan cukup,” ujar Marsini.
“Saat itu terjadi diskriminasi gaji pribumi yang diterima. Saya harus berjuang menuntut upah yang lebih layak. Jika bukan saja untuk saya. Biarkan teman-teman saya yang merasakan,” kenang Marsini.
Dia kembali mengingat tentang perjuangan berat yang dilalui adiknya. Tak hanya fisik, tapi Marsinah pun kuat dalam pemikirannya. Diketahui bahwa saat itu Marsinah tidak pulang selama tiga hari dan mayatnya ditemukan dengan tidak layak.
“Waktu itu saya takut, dan selalu melarang dia untuk tidak terlalu keras melawan perusahaan. Namun hari itu terjadi. Dia ditemukan dengan kondisi banyak luka berat,” kata dia.
Marsinah yang kematiannya belum jelas karena apa penyebabnya, segala upaya keluarga sudah lakukan, seperti naik banding, dan gelar perkara.
“Dia (Marsinah) itu dibongkar makamnya sampai 3x hanya untuk melakukan research, terakhir laporannya adalah DNA nya sudah terkontaminasi jadi hasil tidak akan akurat, bahkan sempat darahnya diambil oleh peneliti dari Australia sampai saat ini tidak ada laporan perkembangan,” imbuh Marsini.
Saat itu, kata Marsini, ia hanya mendengar berita-berita kematiannya dari radio. “Mereka tidak menyampaikan apapun kepada keluarga. Tentu keluarga sangat terpukul,” tambahnya.
Kasus Marsinah yang sampai saat ini belum dituntaskan dan belum ditemukannya pelaku sebenarnya semakin mengingatkan keluarga pada penderitaan yang di alami Marsinah.
Marsini, sang kakak, menaruh harapan besar bahwa dengan perjuangan Marsinah, semoga menjadi motivasi untuk perempuan Indonesia saat ini.
“Jangan takut dan minder, harus tetap perjuangkan hak perempuan. Titik akhirnya yang akan kita rasakan adalah dapat apresiasi dari hasil perjuangan apapun itu menjadi bermanfaat untuk orang lain,” ucap Marsini dalam closing statement. (Mia)