Lebih dari 2.000 buruh yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Listrik Nasional (FSPLN) Jawa Tengah dan DI Yogyakarta bakal berunjuk rasa memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day, Kamis (1/5/2014) besok. Tahun ini adalah kali pertama May Day ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Dalam unjuk rasa besok, FSPLN Jateng dan DIY bakal mengajukan dua tuntutan, yakni penghapusan sistem kerja outsourcing atau alih daya di Badan Usaha Milik Negara dan pengangkatan semua karyawan outsourcing BUMN menjadi karyawan tetap di BUMN masing-masing sesuai dengan Hasil Rekomendasi PANJA KOMISI IX DPR RI dan sesuai perundang-undangan di negara Republik Indonesia.
“Kami menilai sistem kerja Outsourcing adalah perbudakan modern karena tidak sesuai dengan dasar negara yaitu Pancasila dan UUD 1945,” tutur Mariyanto, anggota sekaligus koordinator untuk area Salatiga, dalam rilis yang diterima Tribunnews, Rabu (30/4/2014).
Dalam aksi May Day ini, buruh dari 3 elemen yaitu Pelayanan Teknik, Administrasi dan Cater PT. PLN (persero) akan membuktikan bahwa pekerjaan mereka adalah pekerjaan inti dan bukan merupakan pekerjaan penunjang yang tidak boleh di-outsourcing-kan.
“Kami menginstruksikan kepada seluruh anggota yang tergabung dalam FSPLN Jateng dan DIY untuk dapat mengikuti aksi tersebut. Apa yang akan dilakukan oleh PT. PLN (persero) jika tanpa kami. Selama ini mereka menganggap kami sampah yang siap dibuang kapan saja,” ujar Mariyanto.
Pada kenyataannya, ujar Mariyanto, para pekerja outsourcing lah yang melakukan pekerjaan vital dalam PT PLN (persero). “Saya sebut sistem outsourcing ini sebagai perbudakan dan penindasan,” ujar Mariyanto.
http://www.tribunnews.com/regional/2014/04/30/may-day-2000-buruh-pln-jateng-diy-turun-ke-jalan