Bekasi, KPonline Ada pepatah, pemimpin bertangan besi mematikan nyali. Oligarkhi hanya akan menghentikan kreativitas, sehingga segala potensi dan partisipasi yang mustinya bisa dikembangkan menjadi terhenti. Banyak yang ketakutan. Elit menjadi lebih dominan. Pemimpin seperti ini bertindak laksana palu godam untuk membungkam mereka yang punya pendapat beda. Main pecat dan mudah sekali menyingkirkan orang yang dianggap rival.
Dalam tulisan ini, saya akan menyandingkan pepatah diatas dengan Obon Tabroni yang saat ini berlaga di Pilkada Bekasi.
Mengapa Obon Tabroni? Mengapa Bekasi? Saya rasa, selain para calon dalam Pilkada di Jakarta, sosok Obon Tabroni dalam Pilkada Bekasi adalah yang paling banyak mendapat perhatian. Tidak hanya di daerahnya, Bekasi. Tetapi juga dari mereka yang berdomisili di daerah lain.
Dukungan untuk Obon datang dari mana-mana. Mulai Aceh, Batam, Medan, Surabaya, Semarang, dan banyak daerah lain. Dari Batam, bahkan ada yang menggalang dana untuk mendukung calon yang berpasangan dengan Bambang Surmayono ini. Dukungan serupa juga berdatangan dari banyak daerah. Atmosfer yang tercipta benar-benar menyiratkan sebuah pesta politik. Semua ikut bergembira.
Semula, pria ini tidak dianggap. Bahkan ada yang mencibir ketika dia dan para relawan mulai mengumpulkan KTP. Obon tak punya banyak uang, bukan anak orang kaya. “Mana mungkin Obon bisa ngumpulin KTP,” kata mereka.
Namun, verifikasi faktual KPU Kabupaten Bekasi bicara lain. Dia dan pasangannya, Bambang Sumaryono, dinyatakan lolos. Sejak itulah, semua mata tertuju padanya. Pendapat bahwa masyarakat Bekasi pragmatis dan hanya memilih berdasarkan siapa yang ngasih duit hanya mitos. Sekali lagi, Obon berhasil mematahkan anggapan itu.
Bagi Obon, maju sebagai calon independen sekaligus juga upaya untuk mematahkan tangan besi oligarkhi. Jika dalam partai, elit yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari itu begitu dominan dalam memutuskan seseorang bisa menjadi bakal calon atau tidak, dalam independen keputusan untuk maju ditentukan oleh ratusan ribu orang. Boleh dikata, ia mendapat mandat langsung dari rakyat. Bukan dari elit.
Itu dalam prosesnya. Kemudian, bagaimana menilai Obon tidak akan menggunakan tangan besi kekuasaannya untuk kepentingan pribadi dan kelompok ketika memimpin?
Saya rasa, gampang sekali untuk menjawab hal ini. Lihat saja rekam jejaknya.
Maksud saya begini. Semua bakal calon yang akan berlaga di Bekasi, semua pernah menjadi pemimpin. Ada yang pernah menjadi Bupati, bahkan ada yang masih menjabat. Ada juga yang belum pernah menjabat sebagai Bupati. Namun satu hal yang pasti, semua pernah menjadi pemimpin.
Sebagai pemimpin, Obon sangat merakyat. Menjadi Ketua Umum sebuah organisasi berskala nasional, ia dikenal dekat dengan anggota. Ketika ada anggotanya dan para pejabat di satu tempat secara bersamaan, ia pasti akan memilih umtuk berbaur bersama anggotanya.
Satu bukti, dia bukan sosok yang elitis. Kelak ketika ia mendapat kepercayaan dari masyarakat untuk memimpin Bekasi, saya percaya, ia akan sepenuh hati melayani. Bukan sebaliknya, minta dilayani, seperti kebanyakan pemimpin saat ini. (*)