Jakarta, KPonline – Lingkaran Survei Indikator (LSI) Denny JA merilis survey terbaru terkait elektabilitas pada dua bakal calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) di Pilpres 2019. Hasil survey LSI Denny JA itu menyebutkan, pasangan Jokowi dan Ma’ruf Amin mengungguli pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Membaca survey LSI, sebagai pendukung Prabowo Subianto, saya gembira. Hal ini karena trend elektabilitas Prabowo Subianto mengalami kenaikan yang signifikan. Mengapa demikian? Mari kita bandingkan dengan survey dari beberapa lembaga.
Survey Poltracking pada 27 Januari sampai 3 Februari 2018 menempatkan elektabilitas Prabowo sebesar 26,1 persen. Survei Litbang Kompas yang dilakukan pada 21 Maret hingga 1 April 2018 menghasilkan nilai elektabilitas Prabowo 14,1 persen. Sementara itu, survei Cyrus dilakukan pada 27 Maret hingga 3 April menempatkan elektabilitas Prabowo 21,8 persen. Sedangkan Indikator Politik Indonesia merilis elektabilitas Prabowo sebesar 19,2 persen.
Jika kemudian LSI Denny JA mengumumkan hasil surveynya yang menyebut elektabilitas Prabowo-Sandiaga sebesar 29,5 persen, itu artinya ada peningkatan elektabilitas yang cukup signifikan. Dengan kata lain, dibandingkan survey yang pernah dilakukan Poltracking, Litbang Kompas, Syrus, hingga Indikator Politik Indonesia, survey LSI Denny JA memperlihatkan ada kenaikan elektabilitas.
Tentu saja ini menggembirakan. Kampanye belum dimulai, tetapi elektabilitas Prabowo Subianto terus merangkak naik.
Sandiaga Uno Memiliki Nilai Lebih
Masih menurut LSI Denny JA, kehadiran Sandiaga Uno cukup menambah tingkat keterpilihan Prabowo Subianto. Sandi berhasil mengerek suara di tiga kantong suara, yaitu pemilih emak-emak, pemilih pemula, dan pemilih kaum terpelajar (minimal pendidikan S1).
Hal ini menunjukkan, efek Sandi sangat positif terhadap Prabowo. Seperti yang disampaikan di atas, Sandi menambah dukungan dari emak-emak (wanita), menambah dukungan dari pemilih pemula dan dari kaum terpelajar.
Unggul di kantong pemilih kaum terpelajar, Prabowo-Sandiaga mempunyai peluang untuk menaikkan elektabilitas. Sebab kalangan ini dinilai bisa menjadi pengiring opini.
Sebaliknya, Ma’ruf Amin justru menggerus dukungan terhadap Jokowi. Dari kategori non muslim, Ma’ruf mengurangi dukungan non-muslim. Untuk kategori pernah kuliah atau di atasnya, Ma’ruf juga mengurangi dukungan dari kaum terpelajar (universitas atau lebih tinggi). Selain itu, Ma’ruf mengurangi dukungan dari pemilih pemula.
Asa itu Makin Nyata
Dengan demikian, survey LSI Denny JA justru menunjukkan kepada publik, pasangan Prabowo Subianto – Sandiaga Uno sudah sangat tepat. Beberapa indikator yang disebutkan di atas cenderung membaik.
Perlu dicatat, capaian ini didapat Prabowo – Sandi belum memasuki musim kampanye. Berbeda dengan petahana yang memiliki segala perangkat untuk dikenal publik, setiap saat.
Oleh karena itu, pada saatnya nanti, ketika tim Prabowo Subianto – Sandiaga Uno menjelaskan gagasannya secara luas, saya percaya masyarakat akan mendukung pasangan ini.
Sebagai pembanding, jangan juga dilupakan beberapa lembaga survey yang memenangkan Prabowo Subianto. Misalnya survey yang pernah dilakukan oleh Indonesia Network Survei (INES) dan Indonesia Development Monitoring (IDM).
INES: Rakyat Ingin Presiden Baru
Dilansir merdeka.com (28/5/2018), Indonesia Network Survei (INES) merilis hasil penelitian terbaru yang dilakukan pada 12-28 April 2018. INES menempatkan calon presiden Prabowo di posisi teratas dengan capaian 50,2 persen. Sementara Presiden Jokowi hanya 27,7 persen.
Survei yang dilakukan INES, mengambil sampel sebanyak 2,180 responden, yang tersebar secara proporsional di 408 Kabupaten/Kota. Margin of error +- 2,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Adapun penelitian ini menggunakan angket dengan wawancara terbuka. Dengan menggunakan metode multistage random sampling.
IDM: Prabowo Mampu Jaga Konstituen, Jokowi Tidak Mampu Merealisasikan Janji
Sementara itu, Indonesia Development Monitoring (IDM) merilis hasil survei elektabilitas Ketum Gerindra Prabowo Subianto berada di atas Joko Widodo (Jokowi). Di mana Prabowo mencapai 50,1 persen dan Jokowi hanya 29 persen.
Survei dilakukan IDM sejak 28 April sampai 8 Mei 2018. Survei dilakukan kepada 2.450 responden yang dilakukan di 34 provinsi yang tersebar berdasarkan daftar pemilih tetap pada Pemilu 2014. Survei dilakukan dengan stratified systemic melalui metode multistage random sampling. Margin of error dari survei +- 1,98 persen.
Direktur Eksekutif IDM Ben Firman Tresnadi mengatakan, dengan modal perolehan suara pada Pilpres 2014 sebesar 62.576.444, Prabowo mampu menjaga konstituennya. Sementara Jokowi dianggap tidak mampu merealisasikan janji-janjinya, sehingga pemilihnya berbelok arah.