Jakarta, KPonline – Situs melekpolitik.com membuat judul berita yang provokatif. Di salah satu berita, ia menulis judul, “Bangsat! Lagi-lagi Said Iqbal Manfaatkan Buruh Untuk ‘Syahwat Politik’ @Prabowo”. Tulisan ini diunggah pada tanggal 2 Agustus 2018 jam 15:36.
Diberitakan, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) akan mengawal perjalanan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mendaftarkan diri sebagai capres 2019. KSPI mengklaim 20 ribu buruh akan mengawal Prabowo mendaftar ke KPU.
Selain itu, Said Iqbal mengatakan aksi itu diawali dengan ratusan buruh yang akan melakukan longmarch dari Surabaya menuju Jakarta sejak tanggal 4 Agustus nanti.
Menanggapi pemberitaan tersebut, Vice Presiden FSPMI Kahar S. Cahyono mengatakan jika judul dalam berita di atas bertolak belakang dengan nama media itu sendiri. “Nama medianya melek politik. Tetapi pilihan judul yang digunakan tidak mencerminkan hal itu,” ujar Kahar.
Lebih lanjut Kahar membantah jika dukungan kaum buruh terhadap Prabowo Subianto adalah upaya Said Iqbal untuk memanfaatkan buruh. Menurutnya, pernyataan seperti itu muncul dari kepanikan si penulis, yang menyadari bahwa dukungan elemen masyarakat terhadap Prabowo Subianto untuk menggantikan Jokowi dalam Pilpres 2019 terus membesar.
“Tidak benar Said Iqbal memanfaatkan buruh. Yang benar adalah, para buruh yang tergabung di dalam KSPI, di dalam Rakernas-nya pada akhir April 2018 lalu secara sadar dan aklamasi memutuskan untuk mendukung pak Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden tahun 2019 nanti,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Ketua Departemen Komunikasi dan Media KSPI ini.
Dengan kata lain, ujar Kahar, bagaimana mungkin disebut memanfaatkan buruh, kalau buruhnya sendiri yang meminta agar 2019 ganti presiden?
Keputusan buruh untuk mendukung Prabowo Subianto didasarkan pada komitmen Ketua Umum Gerindra tersebut untuk menjalankan Sepulutuh Tuntutan Buruh dan Rakyat (SEPULTURA). Disamping, karena, para buruh merasakan bahwa selema kepemimpinan Jokowi, banyak permasalahan ketenagakerjaan yang tidak terselesaikan.
Beberapa permasalahan tersebut, misalnya, adalah terkait dengan upah. Dimana Pemerintah membatas tingkat kenaikan upah dengan menerbitkan PP No 78 Tahun 2015. Ketika upah dibatasi, faktanya, harga-harga terus mengalami kenaikan. Hal ini tercermin dari naiknya harga sembako, harga listrik, dan BBM. Akibatnya daya beli buruh mengalami penurunan.
Kondisi ini diperparah dengan terjadi gelombang PHK. Berdasarkan catatan KSPI, sejauh ini sudah terjadi 4 kali gelombang PHK, yang menyebabkan ratusan ribu buruh ter-PHK. Di saat banyak buruh yang ter-PHK, isu TKA China Unskilled menyeruak. Hal ini disayangkan buruh, karena jika benar Indonesia kebanjiran TKA unskilled, maka lapangan pekerjaan akan semakin sulit dicari.
Melihat fakta-fakta tersebut di atas, hal yang wajar jika kemudian para buruh memilih untuk mendukung Prabowo Subianto. Ini bukan memanfaatkan buruh untuk kepentingan syahwat politik. Justru sebaliknya, inilah adalah bentuk kesadaran dari buruh, bahwa keputusan politik yang salah membawa buruh pada penderitaan. Karena itu, buruh tidak mau mengulang kesalahan yang kedua kalinya. Pilihannya, buruh harus ikut berpolitik.
Caranya? Dengan mendukung calon presiden yang berani membuat komitmen dengan kaum buruh, yakni Prabowo Subianto.