Pada tanggal 10 Juli 2024, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menyelenggarakan sebuah workshop bertajuk “Memetakan Isu Dialog Sosial bagi Pekerja Informal dalam Transisi yang Berkeadilan.” Workshop ini merupakan bagian dari program IKI-JET Indonesia, yang dikerjakan bersama-sama dengan Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI), dan berfokus pada transisi energi yang adil dan berkelanjutan di Indonesia.
Acara ini berlangsung di Jakarta dan dihadiri oleh 20 peserta dari perwakilan konfederasi, termasuk empat pengurus KSPI dan KSBSI dari Sumatera Selatan serta Kalimantan Timur yang memiliki anggota di industri batubara.
Workshop ini memiliki beberapa tujuan utama yang berfokus pada peningkatan kondisi pekerja informal di Indonesia dalam konteks transisi energi. Beberapa tujuan tersebut adalah memetakan kondisi dan kebutuhan pekerja informal. Ini dilakukan untuk memahami lebih dalam kondisi dan kebutuhan pekerja informal melalui diskusi dan presentasi dari pihak-pihak yang memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang kondisi pekerja informal. Ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tantangan yang dihadapi oleh pekerja informal dan apa yang mereka butuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Workshop juga menyinggung pentingnya pengembangan keterampilan negosiasi dan komunikasi bagi pekerja informal. Keterampilan ini sangat penting agar pekerja informal dapat berpartisipasi secara efektif dalam dialog sosial dan negosiasi dengan pemangku kepentingan lainnya.
Selain itu, disusun rencana dialog sosial yang inklusif dan partisipatif. Rencana ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi pekerja informal untuk terlibat aktif dalam dialog sosial dengan pemerintah dan pengusaha. Rencana ini juga akan mencakup strategi-strategi untuk memastikan bahwa suara pekerja informal didengar dan dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan.
Workshop juga menekankan pentingnya keterlibatan semua pemangku kepentingan dalam upaya memperbaiki kondisi pekerja informal. Dengan membangun strategi keterlibatan yang efektif, diharapkan dapat tercipta kerjasama yang erat antara pemerintah, pengusaha, dan pekerja informal. Strategi ini akan mencakup langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja informal, termasuk melalui kebijakan-kebijakan yang lebih inklusif dan adil.
Salah satu hasil penting dari workshop ini adalah pemetaan kondisi dan kebutuhan pekerja informal di Indonesia. Melalui diskusi, peserta mengidentifikasi beberapa tantangan utama yang dihadapi oleh pekerja informal, seperti akses yang terbatas terhadap perlindungan sosial, upah yang tidak layak, dan kondisi kerja yang tidak aman.
Selain itu, peserta juga mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang mendesak bagi pekerja informal, seperti peningkatan akses terhadap pendidikan dan pelatihan, perlindungan kesehatan, dan dukungan untuk mengembangkan usaha kecil. Informasi ini akan digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan program-program yang lebih responsif terhadap kebutuhan pekerja informal.
Workshop “Memetakan Isu Dialog Sosial bagi Pekerja Informal dalam Transisi yang Berkeadilan” yang diselenggarakan oleh KSPI dan KSBSI ini merupakan langkah penting dalam upaya memperbaiki kondisi pekerja informal di Indonesia. Melalui workshop ini, berbagai pemangku kepentingan dapat berdiskusi dan berbagi pengalaman serta mengembangkan rencana aksi yang konkret.
Dengan memetakan kondisi dan kebutuhan pekerja informal, mengembangkan keterampilan negosiasi dan komunikasi, menyusun rencana dialog sosial, dan membangun strategi keterlibatan pemangku kepentingan, diharapkan dapat tercipta transisi yang lebih adil dan inklusif. Program IKI-JET Indonesia memainkan peran penting dalam mendukung upaya ini, dan diharapkan hasil dari workshop ini dapat menjadi landasan bagi kebijakan-kebijakan yang lebih berpihak pada pekerja informal di masa depan.
Kahar S. Cahyono, Wakil Presiden FSPMI, Wakil Presiden KSPI, dan Pimpinan Redaksi Koran Perdjoeangan