Internasional,KPonline- Ribuan pekerja di Jerman dari sektor teknik listrik dan industri logam, yang tergabung dalam serikat IG Metall, melancarkan aksi mogok kerja nasional untuk menuntut kenaikan upah. Aksi ini berdampak pada sejumlah perusahaan besar, termasuk Porsche AG, BMW, dan Mercedes.
Dilansir Reuters, Rabu (30/10/2024), serikat pekerja menuntut kenaikan gaji sebesar 7%, sementara asosiasi pengusaha hanya menawarkan kenaikan 3,6% dalam periode 27 bulan. Menurut perwakilan IG Metall, sekitar 71.000 pekerja turut serta dalam aksi mogok, mempengaruhi sekitar 370 perusahaan di seluruh Jerman.
Salah satu titik aksi mogok terbesar terjadi di pabrik Porsche di Stuttgart, di mana sekitar 4.500 pekerja bergabung dalam aksi protes pada shift pagi. Sementara itu, di kota Ingolstadt, Bavaria, para pekerja Audi-anak perusahaan Volkswagen-berbaris sambil meniup peluit dan membawa bendera, menyuarakan kekhawatiran mereka atas kemungkinan pemutusan hubungan kerja dan penutupan pabrik.
Ketua IG Metall, Christiane Benner, menegaskan, “Kami tidak menerima bahwa karyawan kami harus menanggung beban kesalahan manajemen.”
Krisis ini makin memperberat tekanan pada ekonomi terbesar Eropa, yang mengalami penurunan daya saing internasional akibat tingginya biaya energi dan birokrasi yang ketat.
Menurut laporan Asosiasi Industri Otomotif Jerman (VDA), perubahan besar-besaran di sektor otomotif Jerman diperkirakan dapat menyebabkan hilangnya 186.000 lapangan pekerjaan pada tahun 2035. Martin Wansleben, direktur Kamar Dagang dan Industri Jerman (DIHK), menyatakan bahwa Jerman mengalami “krisis struktural yang semakin parah” dan memperingatkan bahwa ekonomi Jerman kini menjadi “beban ekonomi bagi Eropa.”
Di tengah situasi ini, Kanselir Olaf Scholz mengadakan pertemuan tertutup selama tiga jam dengan para pemimpin bisnis, termasuk CEO Volkswagen, Oliver Blume, untuk membahas langkah-langkah kebijakan yang dapat mendukung pertumbuhan industri Jerman. Pertemuan ini akan diikuti oleh diskusi lanjutan pada 15 November.
Namun, di saat yang sama, Menteri Keuangan Christian Lindner juga merencanakan pertemuan terpisah, memperlihatkan tanda-tanda adanya perpecahan dalam kabinet.
Krisis ekonomi ini juga mendorong Dana Moneter Internasional (IMF) untuk merekomendasikan reformasi di Jerman, termasuk pencabutan “rem utang” yang selama ini membatasi pemerintah untuk meningkatkan anggaran pinjaman guna memacu investasi.
Namun, usulan ini mendapat perlawanan dari Lindner yang menegaskan bahwa “kebijakan ekonomi berada di puncak agenda, dan kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu.” (CN)