Dari awal sesuatu yang di bangun dengan pencitraan, hanya berbuah kebohongan juga. Menganggap politik tidak lebih adalah permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri artifisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia.
Sebagaimana sebuah bisnis omong kosong dijalankan, kita harus berdiri di atas ribuan omong kosong agar omong kosong tersebut menjadi sesuatu yang bisa dijual dengan manis, dan dibeli dengan larisnya oleh para pemilih. Anda boleh boleh saja tidak sependapat. Silahkan. Tetapi para konsultan bisnis menjadi king maker, mendudukkan orang-orang di kursi kekuasaan.
Ajaib. Mereka yang sebelumnya punya catatan lebih buruk dibanding lawan politiknya, tetapi mereka tetap bisa menjual bisnis omong kosong. Menjadi pemimpin kekuasaan.
Apakah politik membutuhkan moralitas?
Berapa tahun kita berjuang tentang jaminan sosial, upah layak, kesejahteraan buruh. Apa kurangnya isu moralitas yang di bangun gerakan buruh, mahasiswa,petani, nelayan dan para ulama. Apa orang-orang disekitarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang dibawa?
Jika politik hanya butuh moralitas, hanya perlu semalam meyakinkan orang untuk mendukung perjuangan kita. Malam ini kita berbicara ttg kesamaan derajat, dan besok pagi2 sekali saat matahari terbit kita semua siap berperang demi kebenaran dan keadilan.
Sehebat apapun ide moralitas, entah itu perdamaian dunia, kesejahteraan manusia, itu tetap sebuah politik.
Kembali lagi menyikapi 3 tahun kepemimpinan Jokowi, selama ini hanya bisnis omong kosong belaka yang mereka usung. Bisnis omong kosong yg mereka temukan – termasuk jika itu memang isu moralitas, yaitu pemerintah yang bersih, gerakan antikorupsi inilah amunisi pamungkas mereka.
(Endh)