Jakarta,KPonline – Presiden Joko Widodo disebut kebanyakan janji dan tidak menepatinya. Janji-janji yang dikumandangkan Jokowi kepada buruh pada saat Pilpres 2014 lalu pun kini ditagih oleh kaum buruh Indonesia.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) Prof Dr Muchtar Pakpahan menyampaikan, hingga kini pemerintahan Jokowi-JK sudah lupa begitu saja janjinya kepada buruh.
“Pertama, janji negara hukum telah terabaikan, khususnya untuk perburuhan. Janji Nawacita yang menyatakan bahwa negara tidak boleh absen terhadap persoalan rakyat, terutama untuk perburuhan, telah terabaikan,” ujar Muchtar Pakpahan, di kutip dari sinar keadilan di Jakarta, Rabu (01/03/2017).
Muchtar menyebutkan, para buruh yang merupakan anggota Pengurus Komisariat Buruh Sejatera Indonesia (PK SBSI) Kopkarpel UPTK Belawan-Pelindo I dari Federasi Industri, Kesehatan, Energi dan Pertambangan Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (FIKEP SBSI) Medan yang telah menggelar aksi long march sejauh 2000 kilometer dari Medan ke Jakarta juga sebagai akibat dari ketidakpedulian pemerintahan Jokowi terhadap nasib buruh.
“Sebenarnya ada 300-an perusahaan yang buruhnya mengalami nasib buruk yang mirip dengan nasib buruh PT Pelindo I. Kasus-kasaus yang terjadi itu seperti unionbusting,outsourcing, kalau mengutip istilah Bung Karno itu kuli kontrak. Juga terjadi Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK secara semena-mena dan dibiarkan begitu saja oleh Pemerintahan Jokowi ini,” tutur Muchtar.
Belum lagi persoalan pengupahan yang tidak pernah beres, dan malah makin amburadul di era Jokowi upah yang diberikan kepada buruh malah di bawah Upah Minimum Provinsi atau UMP, buruh tidak disertakan dalam program BPJS masih bejibun, dan dampak Putusan Mahkamah Agung Nomor 378K yang tidak dipatuhi oleh Kemenaker.
“Itu sebabnya DPP SBSI merencanakan yang 300-an perusahaan itu melakukan longmarch tiba di jakarta tinggal 10 April, menjelang 25 tahun SBSI,” ujar Muchtar.
Muchtar menjelaskan, apa yg dialami SBSI sekarang sesungguhnya sama dengan 25 tahun lalu dan sama dengan tahun 1978 ketika Muchtar memulai karir sebagai seorang Advokat membela rakyat kecil bersama menteri Hukum dan HAM yang sekarang Yasonna H Laoly.
“Dan kenyataan lain, saya menjadi sulit berkomunikasi dengan orang-orang yang sebelum mereka duduk di Kabinet Jokowi-JK ini adalah kawan seperjuangan, yang kini malah sangat sulit berkomunikasi dengan orang-orang itu, sebut saja Joko Widodo, Jusuf Kalla, Teten Masduki, Luhut Binsar Panjaitan, Pramono Anung bahkan Yasonna Laoly-pun yang dulu teman sekamar saya sewaktu masih jadi aktivis mahasiswa, semua sulit berkomunikasi,” ungkap Muchtar Pakpahan.
Tokoh Buruh ini mengeluhkan, mungkin ada kebijakan politik yang sekarang, yang menginstruksikan para pejabatnya agar dekat dengan pengusaha dan tidak usah mendengarkan buruh.
“Bahkan aneh bagi saya, dua tahun setengah Pak Hanif Dhakiri jadi Menteri Tenaga Ketenagakerjaan, selalu menghindar bertemu hingga hari ini Rabu 1 Maret belum bertemu. Padahal berulangkali saya minta. Semua menaker sebelumnya sering bertemu dengan saya. Dugaan saya, karena Dhakiri tidak menguasai bidangnya,” ujarnya.
Tidak hanya itu, lanjut dia, teman-teman seperjuangan yang dulu membela buruh bahkan sesama aktivis yang kini kebagian jatah kue atau jabatan sebagai Komisaris di berbagai Perusahaan BUMN pun telah kehilangan komitmennya terhadap perjuangan buruh.
“Kawan-kawan yang dulu sesama aktivis pun kini kebagian job sebagai Komisaris BUMN telah lupa dengan semua kegiatan dan komitmen dulu. Bahkan, Sihol Manullang-pun yang menjadi Ketua Umum BaraJP (Pemenangan Jokowi) sulit diharapkan menjadi komunikator,” ujarnya.
Muchtar mengaku harus mengungkapkan hal-hal itu ke publik, dikarenakan pengendalian pemerintahan Jokowi-JK kali ini sudah sangat jauh dari harapan buruh.
“Hal ini saya sampaikan ke publik agar ada yang dapat menyampaikan ke presiden dan wakil presiden. Buruh makin menderita dan 10 April buruh anggota SBSI dari sebanyak 300-an PK di tingkat perusahaan akan longmarch ke Jakarta akan kembali menemui Presiden. Kami mempertanyakan Nawacitanya Jokowi kini. Bertemu dengan pengusaha saja dia getol, buruh hingga datang ke depan Istananya hendak menyampaikan persoalannya, tidak mau terima,” pungkas Muchtar Pakpahan.