Tangerang, KPonline – Tempat ini sederhana. Hanya warung kopi, kecil, di pinggir jalan. Tetapi siapa sangka, dari tempat sederhana inilah banyak gagasan dilahirkan.
Seperti terlihat pada hari Minggu (16/10) kemarin. Beberapa aktivis FSPMI berkunjung ke Waroeng Djoeang (Wardjoe) untuk sekedar ngopi sambil berdiskusi.
Biasanya, saat-saat seperti ini, digunakan untuk bertukar pikiran dan berbagi pengetahuan terkait permasalahan yang terjadi di masing-masing perusahaan. Termasuk, membicarakan bagaimana caranya membangun kembali kekompakan dan kebersamaan kawan-kawan seperjuangan, khususnya di wilayah Tangerang Barat.
“Untuk membangun kembali kebersamaan dan kekompakan kuncinya adalah komunikasi antar PUK lebih ditingkatkan kembali. Karena dengan komunikasi itulah kawan-kawan bisa mengetahui dan mengikuti perkembangan organisasi FSPMI,” usul Sumarjo.
Konkretnya, dia meminta agar dibentuk Jaringan Komunikasi (Jarkom) di masing-masing PUK yang ada di Tangerang Barat. Gunanya, agar setiap ada informasi, bisa lebih cepat sampai ke anggota. Diharapkan kawan-kawan yang lain akan menjadi lebih peduli.
Di Wardjoe juga dibicarakan tentang rencana pergerakan aksi besar di bulan November untuk wilayah Tangerang dengan menuntut PP 78/2015 dicabut. Tuntutan kenaikan upah minimum naik 650 Ribu juga mulai disuarakan. Bahkan ada wacana untuk mengadakan diskusi, guna memberikan pemahaman kepada pengurus dan anggota, mengapa kaum buruh ikut menyuarakan agar UU Tax Amnesty harus dicabut.
Ngopi bareng di Wardjoe intens di lakukan aktivis FSPMI yang berada di wilayah Tangerang Barat. Dengan diskusi seperti ini, sesama aktivis FSPMI menjadi lebih dekat. Dengan suasana yang santai dan penuh keakraban, justru kemudian banyak ide dan gagasan yang dilahirkan. (*)
Kontributor: Ovlost