Jember KPonline – Nofi Cahyo Hariyadi dan kawan kawan adalah para buruh yang merupakan anggota PUK SPAI FSPMI PT INDOMARCO PRISMATAMA sejak Akhir 2017 lalu,salah satu alasan kenapa mereka bergabung adalah upah di Jember masih jauh tertinggal dibandingkan dengan upah Ring I Jawa Timur,padahal dirinya adalah karyawan di sebuah Perusahaan Ritel terbesar di Indonesia dimana cabangnya ada yang di Surabaya dan ada di daerahnya ,dimana barang yang di jual sama serta komponen kebutuhan hidup juga sama tetapi upah yang diterima begitu jauh berbeda.
2018 sesuai dengan Pergub 75/2017 UMK Jember hanya sebesar Rp1.9 juta padahal di Ring I Jatim sudah berada diatas Rp 3,5 juta.
Maka di tahun ini dirinya dan kawan lain bertekad untuk menghapuskan upah Nasakom (nasib satu koma ) dari Kota Karnaval dan sekitar agar bisa sama dengan upah di Ring I Jawa Timur.
Langkah awal yang mereka lakukan adalah dengan melakukan survey KHL,baik di Jember maupun di beberapa daerah sekitar .
Dengan mengatur jadwal secara bergantian karena harus menyesuaikan dengan libur kerja maka Survey pasar pun mulai mereka lakukan dengan jadwal sebagai berikut
1. Tgl. 20 Juli 2018 Pasar Asem Bagus – Situbondo
2. Tgl. 22 Juli 2018 Pasar Sukowono – Jember dan Pasar Genteng 1 – Banyuwangi
3. Tgl. 24 Juli 2018 Pasar Tanjung – Jember
4. Tgl. 28 Juli 2018 Pasar Wonosari – Bondowoso
Pada Jumat (20/07) lalu kepada KPO saat berada di Pasar Asem Bagus Situbondo ,Novi menyatakan bahwa “Kenapa kami bersemangat melakukan survey 60 item KHL ini adalah untuk membuktikan kepada Pemerintah Daerah khususnya terkait penetapan UMK di wilayah Situbondo agar harus benar benar layak untuk kehidupan selama 1 bulan bagi pekerja/buruh yg sudah berkeluarga. Lantaran upah 1,6 juta tersebut masih jauh dari kata layak .
Mereka pun menyeruak masuk ke dalam pasar saat subuh ,bertanya harga harga bahan kebutuhan yang masuk dalam 60 komponen hidup layak sesuai dengan aturan yang berlaku mulai beras,sayur,ikan,hingga di toko toko pakaian.
Menariknya adalah ketika mereka menjelaskan maksud dan tujuan dari survey ini kepada masyarakat , ternyata banyak warga yang berharap agar Upah Buruh disana bisa ditingkatkan mengingat dengan upah yang ada saat ini tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari hari.
Novi dan kawan kawan berharap agar saat penetapan UMK 2019 nanti,Pemda juga melakukan survey yang sebenar benarnya seperti yang sudah dilakukan nya bukan hanya menggunakan insting dibelakang meja.
Setelah survey di Situbondo , para buruh yang masih mendapatkan UMK sebesar 1,9 juta ini melanjutkan jadwal surveynya yang kedua pada hari Minggu (22/07) di Pasar Genteng I Banyuwangi ,mereka berangkat dari Jember sekitar pukul 02.30 wib melewati Gunung Gumitir , perjalanan sekitar 70 Km dilalui dengan penuh semangat demi perubahan nasib buruh,demi menghapus Upah Nasakom di daerahnya.
Sesuai dengan penjelasan yang disampaikan oleh DPW FSPMI Jawa Timur maka hasil survey tersebut akan dijadikan dasar pembicaraan dalam Seminar Pengupahan yang akan diselenggarakan FSPMI dengan mengundang para pemangku kebijakan terkait upah, seperti Disnaker, Bupati dan Serikat Pekerja sehingga mereka bisa memahami kebutuhan riil masyarakat dan konsep tuntutan upah yang akan disuarakan pada bulan bulan penetapan nya.
(Khoirul Anam/Jawa Timur)