Nyai Ontosoroh, Demokrasi Kriminal dan Rindu Redup

Nyai Ontosoroh, Demokrasi Kriminal dan Rindu Redup

Seharusnya malam ini milik kita berdua untuk melampiaskan segala dendam kerinduan yang terpendam, seperti yang di tulis oleh Karochino dalam suratnya sebulan yang lalu, sebelum tadi siang dia datang ke Buiternzorg ;

” Kita pergi jalan-jalan berdua bila perlu sampai larut malam, atau sampai terdengar adzhan subuh di telinga “.

Dan harapan lain nya yg di tulis dalam surat nya adalah kita berdua bisa pergi untuk menikmati suasana senja, sambil berboncengan mengendarai kereta angin menyusuri jalanan kampung yg berbatu, yang terlihat becek apabila datang musim hujan dan kotor berdebu di saat musim kemarau.

Namun apapun musimnya di kota Buiternzorg suasana nya masih terasa sejuk segar, karena suhu dingin serta alamnya yang masih asri. Dan dekapan erat kita berdua diantara halimun dingin menjadikan kota ini terasa lebih syahdu.

Tapi kedatangan Nyai Ontosoroh yang tiba-tiba datang mengagetkan ku, saat duduk di kursi rotan menunggu Karochino yang sedang berdandan.

” Assallamuallaikum, “Nyai Ontosoroh memberi salam.

” Waallaikum sallam ” jawab ku.

” Rupanya kamu sudah ada disini, Hai ,hendak kemanakah kau dandan rapi dan wangi sekali ? ” tanya Nyai Ontosoroh sambil menatapku curiga.

Ketika hendak ku jawab pertanyaan Nyai ontosoroh, Karochino keluar dari dalam rumah, sambil membawa 3 gelas air minum di atas nampan,rupinya dia mengetahui kedatangan Nyai ontosoroh.

Setelah nampan di letak kan di atas meja, Karochino menyapa Nyai Ontosoroh. Dan dilanjutkan dengan menanyakan khabar masing-masing, lalu selanjutnya mereka berdua duduk di hadapan ku.

Nampak terlihat Karochino cantik sekali ketika ku pandangi, kulit yang putih seperti susu itu cocok sekali dengan gaun warna merah marun yang di kenakan nya, anggun seperti putri raja.

” Aku tahu kalian berdua akan berangkat, tapi sebelum berangkat ku harap kalian mau mendengarkan,dan sedikit waktu untuk berdikusi tentang situasi saat ini, dan aku pun berharap kalian berdua memberikan masukan dan pendapatnya, agar aku bisa mempertimbangkan langkah langkah untuk bangsa ini ” Kata nyai sambil melirik kami berdua satu persatu untuk mendapat persetujuan.

Buyar sudah impian kami berdua untuk mencurahkan kerinduan, untuk bercumbu rayu di atas kereta angin, dan rindu kami pun redup.

Untung tidak dapat diraih malang pun tidak dapat di tolak, siapa yang berani menolak ajakan Nyai Ontosoroh?

Kami berdua adalah anak didik Nyai ontosoroh yang paling patuh pada setiap titahnya, dan selanjutnya Guru besar kami pun menyampaikan apa yang ada di benak dan pikirannya soal yg terjadi pada negeri ini, Dan kami berdua mendengarkan dengan seksama, bila di ceritakan kembali kurang lebih seperti ini yang di sampaikan Nyai Ontosoroh kepada kami ;

“Keadaan bangsa ini kurang kondusif dari segi idiologi politik sosial ,ekonomi dan keamanan yang sedang mengalami krisis berkepanjangan”.

“Ada kerancuan dan kekisruhan dalam Demokrasi kita. Yang penyebab nya adalah adanya rekayasa adu domba, ada nya anasir anasir otoriter, korup,kolusi,dan Nepotisme yang sedang berkuasa saat ini, serta adanya Demokrasi Kriminal di negeri ini”.

“Inilah yang kita rasakan bersama namun kita tidak bisa berbuat apapun untuk membongkar siapa dalang nya, pihak yang tahu pun tidak berani berbuat karena takut di tangkap”.

“Undang -undang dan aturan sebagai pembenar sudah di siapkan oleh yang berwenang guna mencegah gerakan anti penguasa, sehingga kita tidak bisa bergerak dan berbuat apapun”.

Setelah meneguk dan meletakan kembali gelas di meja, kembali Nyai Ontosoroh melanjutkan pembicaraan nya;

“Otoriter , korupsi, kolusi dan nepotisme ini sudah di backup oleh aturan dan undang undang yg telah di siapkan sehingga tindakan otoriter itu seolah olah sudah sesuai dengan aturan hukum yg berlaku”.

“Disini nampak terjadi pembodohan terhadap rakyat, walaupun nyatanya banyak rakyat yg pintar, yg pandai dari mulai yang bergelar sarjana sampai yang bergelar doktor, tapi tetap saja jadi bodoh dalam situasi dan kondisi seperti saat ini”.

“Saat ini tidak ada gerakan yg bisa menembus tembok otoriter ,Korupsi, kolusi dan nepotisme yg legal, yang ada adalah tulisan-tulisan di koran, padahal di tengok pun tidak oleh penguasa, cuma di catat, di data siapa penulisnya, dan tinggal menunggu di tangkap penulisnya dan di bredel saja koran nya”.

“Nampaknya ketidak beresan itu karena kejahatan yg sudah menggurita, keseluruh system kelola negara, hukum tumpul ke atas dan tajam ke bawah dan rakyat pun takut berbuat sesuatu pun”.

“Demokrasi Kriminal itu bisa berubah menjadi Demokrasi yg bersih,amanah dan sesuai dengan ajaran leluhur kita”

” Lalu bagaimana cara merubah Demokrasi Kriminal yang sudah akut ini Nyai ?” Tanya Karochino

Menurutku ; “Orang-orang yg mengawaki demokrasi otoriter ,korupsi,kolusi dan nepotisme itu lah yg harus di luruskan dulu, di bersihkan, lalu di ganti dengan yg benar, baru di tata kembali Demokrasi ini “.

Dan kata demokrasi yang di sampaikan Nyai ontosoroh adalah kata terakhir yg kedengaran oleh ku, Karena tiba -tiba kantuk menyerang dan akhirnya aku pun tertidur di kursi sambil mendengkur.

 

Penulis : AapKasep