Nyanyian Buruh DKI: Pergi Pagi Pulang Pagi, Semoga UMP Direvisi

Nyanyian Buruh DKI: Pergi Pagi Pulang Pagi, Semoga UMP Direvisi

Jakarta, KPonline – Buruh DKI Jakarta yang tergabung dalam KSPI dan Partai Buruh bersama sama melakukan aksi siang ini 2 Desember 2022 di kantor gubernur DKI meminta Plt, Gubernur Heru Budi Hartono memiliki keberanian untuk segera melakukan revisi Keputusan Gubernur no. 1153 tahun 2022. Tetapkan UMP DKI sesuai dengan inflasi dan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta itu 10,55% tandasnya.

Disela sela orasi para orator dari berbagai federasi serikat pekerja koordinator aksi menyelingi dengan musik musik penyemangat dalam aksi. Massa aksi pun berdendang melepas lelah mengikuti alunan musik dari mobil komando. Ketika sebuah lagu ‘Pergi pagi pulang pagi’ diputar massa pun secara spontan menyambut dengan teriakan “semoga UMP (DKI Jakarta) direvisi”

Ya, Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI Jakarta 2023 memang telah diumumkan pada Senin (28/11/2022) kemarin. DKI Jakarta mengalami kenaikan UMP sebesar 5,6% menjadi Rp 4.900.798 atau naik Rp 326.953 dibandingkan tahun 2022 dirasa tidak memenuhi rasa keadilan bagi kaum buruh.

Dalam konferensi pers hari ini, Partai Buruh yang juga hadir dalam aksi tegas menolak kenaikan UMP tersebut.

Bersama KSPI, Samsuri dari Partai Buruh menyampaikan kenaikan UMP 2023 tersebut sangat kecil.

“UMP DKI Jakarta ini lebih kecil dibanding daerah-daerah lain, itu sangat tidak masuk akal.” ucapnya.

Seharusnya kenaikan UMP dilihat dari inflasi dan pertumbuhan ekonomi provinsi masing-masing, ujarnya.

“Setelah kita hitung, inflasi dan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta itu 10,55%. Jadi DKI itu kita harapkan (UMP) naik 10,55%. Tapi UMP DKI Jakarta hanya naik 5,6%, jauh itu,” lanjutnya.

Senada dengan apa yang disampaikan Perda KSPI, Samsuri menyatakan bahwa dengan UMP sebesar Rp 4.900.000 itu masih belum cukup. Di contohkan, dengan gaji sebesar Rp 4.900.000 digunakan untuk biaya kontrak rumah sekitar Rp 900 ribu, lalu untuk makan 30 hari sekitar Rp 1,8 juta ditambah untuk transportasi sekitar Rp 625 ribu. Jika ditotal semua sudah mencapai Rp 3.325.000 juta atau dibulatkan menjadi Rp 3,4 juta.

“Itu baru 3 komponen lho. Kita dapat Rp 4.900.000 dikurang Rp 3,4 juta sisa Rp 1,5 juta. Belum beli baju, kalau sudah punya anak, belum jajan anak, belum beli pulsa, belum tagihan listrik. Buruh DKI kerja tidak bisa nabung,” tambahnya.

“Plt Gubernur Berempatilah, buruh DKI adalah aset, segera lakukan revisi UMP 2023.” tegasnya.

(Jim).