Partai Gelora Indonesia Kabupaten Purwakarta Tinggalkan Aliansi?

Purwakarta, KPonline – Partai Gelora Indonesia Kabupaten Purwakarta sebagai bagian dari delapan partai Aliansi yang telah mendeklarasikan diri sebagai pendukung Budi Hermawan akhirnya memindahkan tambatan hati.

Mereka tercatat sebagai salah satu partai pengusung pasangan ZA dan SM bersama PKB dan PPP.

Bacaan Lainnya

Semenjak ditinggalkan oleh ketua DPD Kabupaten Purwakarta saat menjelang pileg Februari lalu menyebabkan garis komando dipegang langsung oleh DPW Propinsi Jawa Barat dengan Irawan sebagai PLT Ketua Partai Gelora Kab. Purwakarta menjabat sebagai Sekretaris Wilayah Partai Gelora Indonesia Propinsi Jawa Barat.

Pada saat injury time Partai Gelora Indonesia merubah arah politik injuri time jelang pendaftaran paslon Anne Ratna Mustika dan Budi Hermawan ke KPU Purwakarta pada 28 Agustus 2024.

Mereka menarik diri untuk usulan mengusung paslon “Anne Ratna Mustika dan Budi Hermawan Sebagai Calon Bupati dan Wakil Bupati Purwakarta 2024 – 2029 dengan tidak dapat menyerahkan rekomendasi form B1 KWK DPP Partai Gelora Indonesia kepada Tim Desk Pemenangan Partai Golkar dan PDIP.

Hal ini terkonfirmasi melalui sambungan telepon antara PLT Ketua Partai Gelora Kab. Purwakarta Irawan yang juga menjabat sebagai Sekretaris Wilayah Partai Gelora Indonesia Propinsi Jawa Barat tersebut yang disampaikan langsung kepada Koordinator Presidium Aliansi Delapan Partai Ade Arif Zulhakim, dengan alasan dinamika internal Partai Gelora di tingkat DPP dan DPW mengharuskan mengusung paslon lain, selain Paslon ARM dan HBH.

Aliansi delapan partai Purwakarta tentunya menyayangkannya, namun sangat menghargai dan menghormati keputusan yang diambil Partai Gelora Indonesia Purwakarta tersebut sekalipun timbul dugaan adanya indikasi intervensi kekuatan Besar dalam merubah konstalasi politik dalam pemilukada serentak 2024 ini.

“Presidium Aliansi delapan Partai sebelumnya ya baik-baik saja dan solid untuk mendampingi Budi. Dengan penyerahan B1 KWK kepada paslon lain di saat injury time sekalipun adalah hal yang biasa dalam politik yang begitu dinamis ini, namun sekiranya memang terindikasi adanya intervensi kekuatan besar didalamnya, tentu merupakan suatu wujud pengingkaran kebebasan dan ancaman nyata demokrasi yang sesungguhnya,” tutur Ade.

Siapa sangka, justeru inkonsistensi Partai Gelora Indonesia Purwakarta menyelamatkan Partai Gelora Indonesia, sehingga dapat menjadi pengusung paslon.

Berbeda halnya dengan partai-partai aliansi lainnya, yang akhirnya gagal menjadi pengusung dengan sebab pasti yang belum diketahui publik.

Menyikapi hal ini, Wahyu Hidayat sebagai ketua Exco Partai Buruh sekaligus presidium aliansi memberikan sedikit keterangan saat dihubungi via WhatsApp.

“Dari awal kami bersama Budi Hermawan tak ada yang percaya bahwa akan terwujud Paslon Anne-Budi seperti yang terjadi hari ini dengan lika-likunya yang luar biasa. Rasanya juga sulit dipercaya kalau akhirnya aliansi justeru gagal menjadi pengusungnya.

Selain itu, kami menghargai dan menghormati keputusan Partai Gelora Indonesia yang merupakan bagian dari aliansi delapan partai untuk akhirnya berpindah ke Paslon lain di perpilkadaan ini. Inilah politik!,” ujar Wahyu singkat.

Sampai berita ini diturunkan belum diketahui apakah motif utama Partai Gelora Indonesia berpindah pilihan Paslon Cakada serta apakah aliansi delapan partai ini memang terpecah permanen ataukah hanya diajang perhelatan Pilkada serentak 2024 ini sebab sepengetahuan kontributor, dibentuknya aliansi delapan partai adalah kolaborasi yang tak hanya berhenti di persoalan perpilkadaan saja.

Pos terkait