Jumlah pengangguran di Indonesia saat ini mencapai 7.4 juta jiwa menurut BPS pada tahun 2024 dan Jumlah itu terus meningkatkan setiap tahun.
Melihat kondisi tersebut membuat pemilik perusahaan diduga kuat membuat PKWT menjadi objek utama PHK menyudahi kontrak kerja, kemudian membuka lowongan pekerjaan secara besar-besaran.
“Jangan meludah di sumur sendiri” begitu ucap sebagian pekerja tetap pada statusnya di sosial media. Membuat para pembaca menjadi sangat merendahkan serikat pekerja. Pekerja yang berfikir sempit akan ikut membenarkan ucapan tersebut menciutkan nyali perjuangan, sementara pemangku jabatan sedang tertawa karna berhasil memecah belah organisasi untuk kepentingan pengusaha.
Itulah perjuangan kawan, kita akan dihadapkan dengan para pekerja yang berfikir sempit yang hanya peduli dengan keamanan diri sendiri alih alih taat aturan perusahaan tapi dia menyakiti hati ribuan pekerja kontrak yang nasibnya di perjuangkan mati matian oleh serikat pekerja.
Pikiran mereka digiring ke arah takut kehilangan pekerjaan kemudian lupa bahwa sejatinya perlindungan pekerja adalah serikat pekerja. Perusahaan hanya akan membutuhkan tenagamu, pikiranmu, tidak lebih.
Ter PHK karena sedang berjuang untuk kaum yang tertindas, memperjuangkan pekerja kontrak yang nilai sangat lemah bagi perusahaan meskipun resikonya harus dicaci dan dihina itu yang saat ini dialami aktivis serikat pekerja.
Setiap darah yang mengalir di tubuh anggota dan keluarga serikat pekerja adalah hasil dari perjuangan. Suka atau tidak suka dan itu faktanya tidak ada kesejahteraan diberikan secara cuma-cuma oleh perusahan.
Hari ini kita sedang dipertontonkan sebuah arogansi oligarki. Saya pemilik modal saya pemilik uang. Bangsa ini sedang dijajah secara terang terangan oleh bangsa sendiri.
Melalui tulisan ku ini, saya sedang mengajak kaum lemah bangkit dari rantai arogansi oligarki yang mengkerdilkan kaum buruh. Kita adalah anak bangsa yang cerdas. Bersatulah klas pekerja bangkitlah untuk masa depan anak cucu kita kelak. Jika bukan kamu, jika bukan kita lalu siapa lagi? (Eva)