Bekasi, KPonline – Saung Buruh selama ini menjadi tempat pilihan utama konsolidasi buruh khususnya bagi mereka PUK yang berada di wilayah Jababeka dan sekitarnya.
Tidak hanya bicara sejarah, Saung Buruh menjadi saksi bisu perjuangan buruh dalam menuntut hak serta melawan aturan yang tidak berpihak kepada rakyat dan buruh pada khususnya.
Perjalanan panjang dalam mendapatkan tempat berdirinya saung buruh menjadi cerita tersendiri bagi Ketua Forum Komunikasi Jababeka saat ini yaitu Suleman.
“Saung buruh awalnya bukan di sini (tempat yang sekarang). Dulu saung buruh cikal bakalnya adalah saung yang dibangun oleh kawan-kawan Triwall, yang semula hanya untuk tempat ngariung sambil sesekali diskusi,” ucap Bang Sule, panggilan akrab dari ketua forum komunikasi Jababeka sekaligus sekretaris PC SPAI FSPMI kab/kota Bekasi, Sulaeman.
Tapi akhir akhir ini kondisi saung buruh sangat memprihatinkan. Dari pantauan media perdjoeangan, sekarang ini tak lagi ramai seperti dulu. Justru malah terbilang sepi karena yang biasanya Sabtu-Minggu itu dipenuhi oleh buruh yang berkonsolidasi dan juga acara lainnya, kini tak nampak lagi .
Dari beberapa penelusuran yang awak media lakukan terkuak bahwa ada beberapa kendala yang memang menyebabkan saung buruh kini menjadi sepi.
“Satu persatu para pengurus unit kerja membatalkan agenda yang akan diadakan di saung buruh. Alasan yang mereka berikan hanya satu, matinya fasilitas air yang ada di saung buruh,” ungkap Jupri yang selama ini mengelola saung buruh sekaligus salah satu pengurus forum komunikasi Jababeka.
“Nggak salah mereka juga karena air salah satu faktor utama ketika mengadakan acara, banyak yang harus buang air kecil, nggak mungkin mereka menahan sampai berjam-jam,” jelasnya lagi.
Di tempat yang berbeda, sekretaris forum menyampaikan hal yang sama. “Entah sampai kapan ini akan berlangsung. Berbagai upaya juga sudah kami lakukan termasuk melakukan perbaikan mesin dan mencari letak sumber air yang baru, tapi yang utama adalah kendala biaya yang sangat besar,” ungkapnya sambil memandang jauh ke depan seolah ada suatu yang ingin diucapkan.
“Kalau harus ke anggota, kita tahu bahwa akhir akhir ini aksi begitu masif yang berimbas pada keuangan mereka dan nggak cuma aksi organisasi, beberapa waktu ini kita juga disibukkan dengan giat politik Partai Buruh yang mau tidak mau juga menguras keuangan PUK,” tambah sosok kerempeng tapi selalu berapi api ketika di atas mobil komando dalam menyampaikan orasi. (Indrayana)