Peringati HARKITNAS, Warga Dirikan Baliho Tolak Tambang Emas Tumpang Pitu

Peringati HARKITNAS, Warga Dirikan Baliho Tolak Tambang Emas Tumpang Pitu

Banyuwangi KPonline – Setiap 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Tanggal tersebut diambil dari hari kelahiran organisasi Budi Utomo. Bung Karno menilai bahwa kelahiran Budi Utomo merupakan simbol yang tepat untuk menggambarkan bagaimana bangsa Indonesia mulai bangkit untuk melawan penjajahan.

Momentum Harkitnas ini juga dimanfaatkan oleh warga Pesanggaran yang selama ini aktif dalam gerakan tolak tambang emas Tumpang Pitu. Mereka memperingati hari kebangkitan nasional dengan melakukan aksi mendirikan baliho di Perempatan Pasar Sapi, Pesanggaran pada Minggu 20 Mei 2018.

Bacaan Lainnya

Seorang warga sekitar Tumpang Pitu, Nur Hidayat menuturkan, aksi pendirian baliho ini adalah bentuk konsistensi warga dalam menolak keberadaan pertambangan emas yang berada di Gunung Tumpang Pitu.

“Pendirian baliho ini ditujukan untuk memperkuat ikatan antara seniman, mahasiswa, dan warga untuk perjuangan tolak tambang emas Tumpang Pitu. Jika Rakyat bersatu, Rakyat tak bisa dikalahkan,” ujar Dayat, panggilan akrabnya.

Meskipun sedang menjalankan puasa ramadan, puluhan warga berduyun-duyun ke Lapangan Sumbermulyo, Pesanggaran tepat pukul 15.30 WIB. Mereka dengan semangat bergotong royong mempersiapkan rangka baliho yang terbuat dari kayu.

Baliho bergambar petani membawa cangkul bertulisakan “Kami tidak butuh tambang, kami hanya petani yang menyambung hidup dari tanah dan air” itu dibawa ke pertigaan pasar sapi yang berjarak 100 meter dari lapangan Sumbermulyo.

Pirno Handoko yang juga koordinator aksi menyampaikan bahwa pendirian baliho ini pertama kali dilakukan sebagai sikap tegas warga menolak keberadaan tambang emas di Gunung Tumpang Pitu. Baliho-baliho lain akan segera menyusul didirikan di tempat lain.

“Tambang akan tumbang bila kita bersama-sama bersatu melawan kerakusan yang hendak merusak Gunung Tumpang Pitu dan sekitarnya. Kita akan terus mendirikan baliho di tempat lain,” tegas Pirno.

Selain mendirikan baliho, peserta aksi menyanyikan mars tolak tambang emas tumpang pitu. Acara ini ditutup dengan buka puasa bersama.

Untuk diketahui, Tumpang Pitu awalnya adalah hutan lindung, namun demi memuluskan operasi PT Bumi Suksesindo (BSI), pada tahun 2013 Zulkifli Hasan (saat itu Menteri Kehutanan) telah menurunkan fungsi Tumpang Pitu menjadi hutan produksi.

PT Bumi Suksesindo (BSI) adalah operator tambang emas Gunung Tumpang pitu, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi yang merupakan anak perusahaan PT. Merdeka Copper Gold, TBK. Perusahaan itu mengantongi Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksploitasi Produksi sejak tahun 2012 seluas 4.998 ha di blok Gunung Tumpang Pitu, Kecamatan Pesanggaran. Selain PT. BSI, PT. Merdeka Copper Gold, TBK juga memiliki anak perusahaan bernama PT Damai Suksesindo (DSI) mengeksplorasi blok Gunung Salakan di kecamatan yang sama, seluas 6.623,45 ha.

Warga sekitar Tumpang Pitu telah berkali-kali melakukan unjuk rasa menolak tambang emas. Penolakan keberadaan tambang emas tersebut didorong oleh keyakinan warga bahwa tambang emas akan mengancam keselamatan mereka, dan merusak lingkungan.

Di mata warga, Gunung Tumpang Pitu adalah kawasan penting karena dianggap sebagai benteng alami dari terjangan tsunami. Bagi nelayan, Tumpang Pitu menjadi penting lantaran jadi penanda arah pulang.

Pos terkait