Jakarta, KPonline – Tanggal 5 Agustus 2018, Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia – Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (FSPMI – KSPI) akan memulai longmarch Surabaya – Jakarta. Dalam longmarch ini, mereka akan menyuarakan isu kerakyatan dan ketenagakerjaan.
Isu kerakyatan yang diusung adalah terkait dengan kenaikan harga-harga. Dalam hal ini, buruh meminta pemerintah segera mewujudkan kedaulatan pangan dan energi.
Sementara itu, untuk isu perburuhan, hal-hal yang akan disuarakan antara lain cabut PP No 78 Tahun 2018 yang menyebabkan upah murah, hapus praktek pemagangan dan outsourcing, tolak TKA unskilled, hingga permintaan untuk memberikan perlindungan terhadap ojeg online.
Dalam longmarch, ada banyak kota yang akan dilalui. Oleh karena itu, penting untuk menyerukan kepada masyarakat luas — khususnya kepada kaum buruh — agar memberikan sambutan yang meriah dan gegap gempita di setiap kota yang dilewati.
Mengapa sambutan meriah dilakukan di tiap kota? Karena longmarch lebih dari sekedar perjalanan. Pada saat yang sama, ia juga menjadi sebuah cara untuk menyalurkan energi. Mengalirkan aspirasi yang tersumbat, sehingga kata-kata yang selama ini terbungkam bisa lebih nyaring terdengar.
Ada istilah, suara rakyat adalah suara tuhan. Ketika semakin banyak yang menyuarakan, dengan sendirinya kita bisa membuktikan bahwa kata adalah senjata.
Di setiap kota, di setiap tempat yang disinggahi, dan di jalanan yang dilalui, orang-orang akan melihat bahwa masih ada elemen masyarakat yang menyuarakan nasib mereka. Mewakili apa yang mereka rasakan.
Memang, akan ada yang merasa panas kuping saat mendengar aksi jalan kaki ini. Itu justru kabar baik. Sebab selama ini mereka tuli terhadap suara kaum buruh yang menghendaki perubahan. Barulah ketika kita melakukan cara-cara yang tidak biasa, semua terbelalak dan kebaran jenggot.
Tentu saja, longmarch ini harus dilakukan dengan tertib dan damai. Sedapat mungkin jangan sampai mengganggu pengguna jalan. Tidak menghina orang, bahkan yang tidak sependapat dengan aksi yang kita lakukan.
Sekali lagi, secara estafet dari kota ke kota, kita akan mengalirkan energi. Menjaga agar api yang menyala dalam diri kita tidak mati. Apa yang akan memberikan penerangan pada banyak orang, bahwa akan ada kemenangan bagi kita yang berjuang.