Batam, KPonline – Angka pertumbuhan ekonomi di Kepulauan Riau (Kepri) menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kepulauan Riau hanya tumbuh 1,52 persen di semester pertama tahun 2017 ini. Seperti diberitakan batamnews.co.id, jika dibandingkan dengan pertumbuhan secara nasional, Kepri berada diurutan 33 atau dengan kata lain berada pada urutan kedua terendah disusul Nusa Tenggara Barat. Torehan ini terburuk sepanjang sejarah Batam atau Kepulauan Riau yang biasanya berada di sepuluh besar di Tanah Air. Bahkan Batam sendiri pernah mencatatkan perekonomian mencapai dua digit.
Batam juga sudah terbiasa mencatatkan pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata nasional.
Wakil Walikota Batam Amsakar Achmad menyampaikan, bahwa pertumbuhan ekonomi Kepri sudah pada tahap harus masuk Unit Gawat Darurat (UGD).
Seperti yang diketahui, Batam menyumbangkan 60 persen terhadap perekonomian di Kepri. Sehingga kondisi ekonomi Kepri yang jatuh disebabkan oleh kondisi perekonomian Batam yang memburuk. Namun demikian, Amsakar tetap optimis tahun 2018 perekonomian di Batam dapat tumbuh positif.
Sementara itu, Gubernur Kepri Nurdin Basirun sempat meminta pengusaha di Kepulauan Riau beralih ke industri pertanian dan maritim. Pasalnya, industri di Batam tak lagi menjanjikan.
Nurdin mengatakan, Batam selama ini banyak tergantung kepada para pemodal asing, sehingga saat terjadi resesi ekonomi, dampak yang dirasakan cukup telak. Ekonomi Kepri khususnya Batam terpuruk.
”Kita bisa mengandalkan pertanian dan perikanan, parawisata. Kabupaten/kota di Kepri punya keunggulan masing-masing,” ujar Nurdin.
Menurut Nurdin, daerah seperti Karimun dan Lingga, berpotensi dikembangkan menjadi lahan pertanian, sedangkan Natuna di bidang perikanan atau kemaritiman.
“Ikan dari negara lain kalah. Di Vietnam ada ikan-ikan. Itu dari mana ikannya? Kalau saya lihat, itu ikan dari laut saya. Cuma tidak ada KTP aja ikan itu,” kata dia menggambarkan kondisi perikanan di Kepulauan Riau.
Nurdin mengatakan, banyak potensi-potensi lain di Kepulauan Riau yang belum tergarap. Terutama di bidang kemaritiman dan pertanian. “Jangan terlalu berharap kepada Batam, kita bisa mengandalkan pertanian, perikanan dan pariwisata,” ujar Nurdin.
Saya bersedih, pertumbuhan yang lambat. Padahal lihat ke kanan, potensi uang semua. Ada mungkin tembok (birokrasi) yang menghambat. Bekerja lambat dan tidak sesuai dengan kebutuhan sekarang. Itu kita benahi,” katanya.
Nurdin pun memberikan anekdot prinsip lampu pijar. “Kalau lampu pijar bisa menerangi, kenapa kita tidak kena. Tembok-tembok itulah mungkin yang harus kita robohkan.”
Masih kalah jauh dengan Indonesia., Kotanya jorok dan masih banyak orang miskin