PHK Di Balik Gula-Gula Keuntungan Pabrik Alat Musik Ternama

PHK Di Balik Gula-Gula Keuntungan Pabrik Alat Musik Ternama

Purwakarta, KPonline-Pagi itu, seperti biasa, aku tiba lebih awal di pabrik alat musik ternama dipinggiran Ibukota tempatku bekerja. Suasana hening, hanya terdengar suara mesin-mesin yang bekerja di ruang produksi. Aku merasa bangga menjadi bagian dari tim yang memproduksi alat musik berkualitas tinggi. Tapi, hari itu ada sesuatu yang berbeda. Ada ketegangan yang terasa di udara. Semua orang tampak lebih cemas dari biasanya.

Beberapa minggu terakhir, manajemen perusahaan mulai menekan para pekerja untuk tidak membicarakan upah, karena beralasan cost yang semakin tinggi.

Bacaan Lainnya

Namun itu hanyalah sebuah alasan dongeng sebelum tidur menurut saya, padahal sebenarnya adalah demi mencapai “keuntungan yang lebih besar,” dengan bahasa manis tentang keadaan yang sebetulnya hanya fatamorgana.

Dan, aku pun mulai merasa itu ada yang salah. Cerita yang diterapkan terasa hanya menguntungkan mereka yang ada di atas sana, sementara kami, yang bekerja keras setiap hari, tak akan lagi mendapat kesejahteraan selain tekanan.

Hari itu, seperti halnya pertemuan rutin yang biasa, manajer memberi pengumuman. Dengan senyum lebar, dia berkata, “Kita telah mengalami kesulitan finansial keuangan. Keuntungan meningkat pesat, kini tinggal cerita. Dan, demi efisiensi, kita harus memangkas beberapa posisi.”

Aku merasa jantungku berhenti sejenak. Tanpa bisa ku tahan, kata-kata itu menggema di kepalaku. “Memangkas beberapa posisi…” Aku melihat sekeliling, rekan-rekan kerjaku juga tampak terkejut, beberapa ada yang mulai menangis. Kami semua tahu apa artinya itu.

Dan saat itulah namaku beserta satu sahabat ku dipanggil.

“Maaf, kamu dan kawanmu termasuk yang terdampak dari kebijakan baru ini. Terima kasih atas kerja keras kalian berdua selama ini.”

Aku dan sahabat ku merasa dunia tiba-tiba berhenti berputar. Seperti tersengat listrik, tubuh kami kaku. Sudah hampir puluhan tahun kami menghabiskan waktu di pabrik ini. Dulu, kami merasa bangga dengan apa yang kami hasilkan, tetapi sekarang, kami merasakan kepahitan yang tak terungkapkan. Semua kerja keras yang kita lakukan seolah-olah hanya angka di laporan laba rugi mereka. Gula-gula keuntungan yang manis untuk mereka, namun kami yang merasa pahitnya.

Aku berjalan keluar dari ruang pertemuan dengan langkah berat, berusaha menahan air mata. Mungkin ini adalah harga yang harus kubayar untuk kebenaran yang terlalu terlambat kutahu. Manajemen hanya melihat angka, tak peduli dengan orang-orang di balik angka-angka itu. Mereka yang berada di atas sana hanyalah menambah lapisan gula pada keuntungan mereka, sementara yang di bawah, seperti aku dan rekanku, terjatuh dalam keputusasaan.

Di luar pabrik, langit cerah, tetapi hatiku terasa gelap. Aku dan kawan ku tak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Namun, satu hal yang pasti, kehidupanku tak akan lagi dibangun di atas janji-janji manis yang penuh gula. Aku akan mencari jalan untuk melawan nya, meski penuh tantangan. Setidaknya, aku tahu sekarang bahwa tidak ada yang lebih berharga selain angka dan bekerja di tempat yang tidak peduli dengan manusia, dan hanya mengeruk keuntungan semata.

Pos terkait