Jakarta, KPOnline – Tidak berlebihan sepertinya jika ada orang yang berpendapat banyaknya beban pikiran bisa bikin penyakit. Sebab banyaknya beban pikiran yang akhirnya membuat stres gampang menurunkan daya imun seseorang. Ketika ada virus atau bakteri penyebab penyakit, maka badan menjadi lebih mudah tumbang.
Dituturkan praktisi kesehatan holistik, Reza Gunawan, setiap beban pikiran, stres, maupun masalah yang membelit seseorang akan menyebabkan ketegangan di level batin. Selanjutnya ketegangan ini bisa mengubah keseimbangan saraf dan otak (neuro), lalu menggeser keselarasan hormon dan kelenjar (endokrin), sehingga mempengaruhi daya tahan tubuh (imun), dan akhirnya berakhir pada masalah kesehatan.
Reza mengutip pernyataan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sebuah institusi kesehatan di Amerika Serikat yang memberikan indikasi bahwa sekitar 85 persen dari seluruh jenis penyakit memiliki elemen emosional. Dengan kata lain suatu penyakit berkaitan dengan faktor pikiran dan perasaan.
“Hampir 100% kualitas kesehatan fisik kita, ditentukan dari kesehatan pikiran kita. Hampir 50% masalah pikiran kita disebabkan oleh memori, yang tidak dikenali sebagai kenangan, tapi dianggap sebagai kenyataan. Dan 50% masalah pikiran kita lainnya disebabkan oleh proyeksi, yang tidak dikenali sebagai khayalan, tapi dianggap sebagai kenyataan,” papar Reza dalam keterangannya dan ditulis pada Selasa (20/1/2015).
“Self healing membantu kita mengenali kenyataan, dan membuat kita mampu membedakan antara kenangan, khayalan, dan kenyataan. Ini saja sudah meringankan 99 persen masalah di pikiran, yang otomatis berakibat perbaikan kesehatan fisik,” imbuhnya.
Menurutnya, sekadar membaca informasi kesehatan saja tidak cukup, karena perlu dipraktikkan dalam keseharian. Belajar mengelola napas, sentuhan/pijatan, gerak, dan hening bisa bermanfaat untuk menyelaraskan diri melalui self healing.
Reza menyarankan agar jangan berupaya untuk berpikir positif. Karena semakin pikiran atau negatif dilawan, justru akan semakin awet. Alih-alih memaksakan diri untuk selalu berpikir positif, lebih baik belajar dari alam. Bahwa alam pun mengenal cerah dan mendung. Keadaan ini tidak permanen, melainkan akan berubah jika saatnya tiba
“Bila pikiran/rasa yang tidak menyenangkan datang, cari suasana menyendiri dan izinkanlah. Tidak ada satupun pikiran atau rasa yang permanen. Belajarlah meditasi sesegera mungkin,” saran suami penulis novel dan penyanyi, Dee Lestari, ini.
Jeffrey Eka Rachman, instruktur self healing, dalam kelas self healing yang diikuti detikHealth beberapa waktu lalu mengatakan penyebab penyakit bisa karena faktor primer dan sekunder. Yang merupakan faktor primer adalah disharmoni batin, yang mana kondisinya adalah stres. “Stres ini ada yang disadari namun ada juga yang bawah sadar,” kata Jeffrey.
Sementara itu ada faktor sekunder penyebab sakit yang terkait dengan diet, gaya hidup, lingkungan, dan provokasi eksternal seperti kehadiran virus atau bakteri. Terkadang seseorang mengasup makanan yang kurang sehat, misalnya jajan sembarangan, namun tidak serta-merta sakit. Kadang pula seseorang kehujanan hingga kedinginan tapi tetap sehat-sehat saja. Namun di saat yang lain, hanya karena kegerimisan sesaat sudah terkena flu seminggu.
“Ini saling mempengaruhi. Bisa jadi daya tahan tubuhnya sedang bagus, jadi meski ada faktor sekunder penyebab sakit, dia nggak sakit,” sambung Jeffrey.
“Orang yang less stress akan melihat langkah apa yang dilakukan ke depan dengan tidak panik. Setidaknya ini meminimalkan yang berantakan. Orang yang less stress biasanya lebih tahan terhadap penyakit,” sambungnya
http://health.detik.com/read/2015/01/20/145551/2808486/763/2/pikiran-tidak-tenang-penyakit-rentan-menyerang