Bekasi, KPonline, Pimpinan Pusat Serikat Pekerja Logam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (PP SPL FSPMI) pada Senin, 19 Juli 2021 melakukan diskusi dan brainstorming melalui daring (zoom), sekitar jam 10 pagi.
Agenda tersebut diikuti antara lain
oleh Heri Novianto, Fajar Setiawan, Hasan, Abdul Muchlis, Chandra, Kris Lelono,
Alfan Huda, Supriyanto, Wiwik Aswanti, Yanto, M.Indrayana, Aziz Pratama, Chairul
Anam, Dede, Iin Sumiati, Eko, Ferry, Ismail, Hendra (Bks), Hendra (Batam),
Hari Damono, Nurkholik, Masrul Zambak, Mike, Tjokro, Novan, Novia Nico,
Komarudin, Wahyu Kristisanto, Krisna Aditya, Kiki, Cak Hid, Nelvia Susanti,
Imron, Taufik Hidayat dan Hefrianto.
Dalam diskusi virtual kali ini di bahas terkait hal-hal sebagai berikut :
1. Rendahnya partisipasi anggota serikat pekerja dalam menggunakan sosial media sebagai alat perjuangan.
2. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti apa penyebab fenomena rendahnya partisipasi anggota serikat pekerja dalam menggunakan sosial media sebagai alat perjuangan.
3. Kondisi sebagaimana diuraikan di atas tentu menyulitkan PP SPL FSPMI dalam mengambil keputusan terkait penggunaan sosial media sebagai alat perjuangan buruh.
4. Dampak lainnya adalah PP SPL FSPMI belum bisa menentukan jenis upaya yang tepat dalam mensiasati model kegiatan organisasi di era pendemi ini.
5. Berdasarkan uraian di atas, PP SPL FSPMI mengadakan diskusi dan brainstorming
bersama seluruh PC SPL FSPMI dan Tim Media SPL FSPMI untuk mendengarkan pendapat dan informasi mereka tentang fenomena rendahnya partisipasi anggota serikat pekerja
dalam menggunakan sosmed sebagai alat perjuangan.
“Dari diskusi virtual diharapkan seluruh pendapat dan informasi yang diberikan dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan memetakan faktor- faktor yang berpengaruh sehingga mudah untuk dijadikan referensi
dalam pengambilan keputusan,” Jelas Michael.
Setelah dilakukan diskusi ada beberapa analisa yang didapat antara lain :
1. Peserta diskusi virtual memberikan banyak pendapat dan informasi yang cukup detail terkait faktor-faktor yang menyebabkan fenomena rendahnya partisipasi anggota serikat pekerja dalam menggunakan sosial media sebagai alat perjuangan.
2. Pendapat para peserta yang bersifat kolektif telah cukup detail namun masih bersifat
asumsi dan perkiraan.
3. Pendapat para peserta yang bersifat individu telah cukup detail namun belum merepresentasikan pendapat puluhan ribu anggota yang ada.
4. Seluruh pendapat dan informasi yang ada menyimpulkan bahwa terdapat tiga area
utama yang menjadi penyebab fenomena rendahnya partisipasi anggota serikat pekerja dalam menggunakan sosial media sebagai alat perjuangan, yaitu :
1). Area di Media Perdjoeangan dan Organisasi.
2). Area di Anggota.
3). Area di Lingkungan Strategis.
Bidang Infokom PP SPL FSPMI, Heri Novianto, SH dan Michael J.Latuwael, S.Sos sebagai pemrakarsa diskusi virtual, apresiasi atas peran peserta zoom dalam memberikan masukan sehingga kedepannya diharapkan sosial media punya peran penting dalam perjuangan buruh.
“Sosial media harus menjadi ujung tombak dalam menyuarakan tuntutan buruh, terlebih dalam kondisi pandemi seperti saat ini,” ucap Cak Heri.
“Tak ada alasan atau waktu jeda untuk kita berkarya di era pandemi ini, sosial media salah satu cara berjuang untuk kemanfaatan bersama,” tambahnya. (Yanto)