Oleh: Kahar S. Cahyono*
Dalam serikat, berbicara ke publik sangatlah penting. Saking pentingnya, ada pendidikan khusus tentang public speaking yang diselenggarakan organisasi.
Bagaimana mau menyampaikan isu perjuangan dan tuntutan serikat pekerja, apabila kita tidak bisa menyampaikan apa pesan kepada orang lain?
Jangan dikira ini gampang.
Seseorang bisa saja ngomong ngalor-ngidul berjam-jam tanpa putus. Tetapi ketika di forum resmi, diam seribu bahasa.
Di kasus yang lain, berbicara dalam konteks orasi tentu berbeda ketika menyampaikan pendapat di dalam rapat. Pun demikian ketika kita berbicara di media, di hadapan wartawan misalnya.
Berbeda lagi, tentang cara kita menyampaikan pesan ke media sosial, adalah bagian tak terpisahkan dari komunikasi.
Dari apa yang saya sampaikan di atas, bisa kita tarik satu benang merah. Bahwa berbicara ke publik bukan hanya dengan lisan. Tetapi juga tulisan.
Kita sering melihat, singa podium terbata-bata ketika harus menuangkan pikirannya di dalam kertas. Memang, kita tak harus menguasai dua hal ini sama baiknya. Namun demikian, dalam konteks berbicara untuk publik, setidaknya kita harus memahami semua element dalam berkomunikasi.
Ranah publik dan privat tentu saja berbeda. Di sinilah pentingnya bagi kita untuk memilah, mana informasi yang cukup kita simpan sendiri dan mana yang perlu disampaikan ke umum (publik).
Publik Speaking, menurut saya bukan sekedar kemampuan berbicara. Tetapi harus didasari pengetahuan untuk memilah satu di antara dua: publik – privat atau umum – pribadi.
Sebab tak jarang kita temui, hal-hal yang seharusnya disimpan untuk internal justru diumbar keluar. Sebaliknya, yang mustinya segera di ekspos keluar, justru ditahan.
Kahar S. Cahyono
Vice President FSPMI/Ketua Departemen Komunikasi dan Media KSPI