Bogor, KPonline – Banyak dari kita sering menyalah artikan hidup sederhana cenderung hal yang kekurangan pada dasarnya hidup sederhana tidak berarti hidup dalam kesengsaraan, kemiskinan, kemelaratan dan serba kekurangan. Kesederhanaan merupakan pola pikir dan pola hidup yang proporsional, tidak berlebihan dan mampu memprioritaskan sesuatu yang lebih dibutuhkan.
Memprioritaskan kebutuhan merupakan esensi dari kesederhanaan yang juga bermanfaat sebagai _management of life_. Keinginan merupakan fitrah, tetapi mampu membatasi keinginan yang berlebihan merupakan anugerah. Kemampuan kita terbatas untuk memenuhi keinginan yang tiada batas. Karena itu, menelusuri arti kesederhanaan membuat kita terus belajar untuk lebih realistis dan peduli terhadap kebutuhan, baik diri sendiri maupun orang lain.
Seperti yang dicontohkan oleh Kardinal seorang pemimpin perangkat dari SPAI FSPMI DKI Jakarta sekaligus Calon legislatif DPRD Jakarta Selatan dapil 8 meliputi tebet, pasar minggu, jagakarsa, pancoran dan mampang.
Berbaur bersama, nyantap sarapan bareng peserta Rapimnas FSPMI yang lainnya tanpa membeda-bedakan status dan jabatan.
“Dalam kesederhanaan ada kebersahajaan yang menuntun kepada kebahagiaan nurani karena sesungguhnya yang kita butuhkan hanya sedikit dan tidak selalu berupa materi, selebihnya untuk memberi dan memenuhi hak orang lain” ujar kardinal
“Saya yakin, setiap agama mengajarkan umatnya untuk hidup sederhana, sebagaimana Islam mengajarkan kesederhanaan dimulai dari hal-hal kecil berkaitan dengan keseharian kita. Allah berfirman dalam Al-quran “…makanlah dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” lanjut kardinal
Tidak ada kesederhanaan yang sama dengan sebuah pikiran yang seimbang, dan tidak ada kebahagiaan yang sama dengan kepuasan, tidak ada penyakit layaknya ketamakan, dan tidak ada kebaikan yang sama dengan kasih sayang.
Salam kepemimpinan, hiduplah setara, sederhana, karna kelebihan dan kesombongan hanya milik Tuhan yang maha esa.