Refreshing Tour FSPMI Purwakarta

Purwakarta, KPonline – Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Kabupaten Purwakarta selenggarakan Refreshing Tour ke wilayah Pangalengan, Bandung Jawa Barat pada Senin-selasa lalu. (7-8/10/2024).

Dimana, tujuan dari diadakannya agenda tersebut adalah sebagai evaluasi atas kinerja dan tugas tugas yang sudah dilakukan oleh jajaran pengurus mulai dari tingkat Konsulat Cabang (KC), Pimpinan Cabang (PC) dan Pimpinan Unit Kerja (PUK) Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Purwakarta.

Bacaan Lainnya

Tidak hanya itu, berbagai program gerakan pun tak luput dari bahasan untuk penguatan gerakan buruh FSPMI Purwakarta kedepan.

Dalam giatnya, Fuad BM sebagai Ketua KC FSPMI Purwakarta singgung gerakan buruh FSPMI Purwakarta yang sedang tidak baik.

Menurutnya, berkurangnya jumlah keanggotaan serta hilangnya semangat untuk tetap terus bergerak dan berjuang dalam diri anggota menjadi salah satu faktor yang sedang dihadapi gerakan buruh FSPMI Purwakarta.

Padahal, kata Fuad; dahulu Gerakan buruh FSPMI Purwakarta sangat diperhitungkan. Saat itu, mampu mengirim 80 bus untuk menekan gubernur Jawa Barat, prihal pengupahan.

Serikat pekerja atau serikat buruh (SP/SB) harus memiliki sebanyak mungkin anggota. Dengan banyaknya anggota, serikat pekerja atau serikat buruh dapat menggunakan banyak taktik selama proses pengorganisasian dalam melawan ketidakadilan, salah satu cara yaitu lakukan aksi massa dengan turun ke jalan.

Aksi massa menjadi hal umum yang dilakukan guna menekan segala bentuk tindak laku pemerintah yang tidak sesuai dengan kehendak masyarakat. Aksi massa dalam sejarah Indonesia sebagai bangsa, menjadi tradisi politik tertentu.

Segala bentuk dinamika politik kebangsaan dan transisi politik pemerintahan tidak terlepas dari pengaruh politik aksi massa. Artinya, aksi massa memiliki tradisi atau kebudayaan tertentu pada setiap masa. Contohnya, beragam gerakan pada masa pra-kemerdekaan, demokrasi terpimpin, orde baru, reformasi hingga kini pasca reformasi masing-masing memiliki corak dan karakteristiknya.

Dalam proses perjuangan melawan ketidakadilan, metode aksi massa menjadi salah satu strategi perjuangan utama. Salah satunya adalah aksi pemogokan yang dilakukan oleh Vereniging van Spoor-en Tramwegpersoneel (VSTP) atau Serikat buruh kereta api dan trem Semarang yang merupakan salah satu aksi massa yang cukup besar kala itu. Sekitar 8.000 buruh kereta api, dan 500 di antaranya adalah masinis pada Mei 1923 turun untuk memprotes kebijakan perusahaan kolonial yang sangat merugikan kaum buruh.

Gerakan massa tersebut salah satunya diinisiasi oleh Semaun yang kala itu merupakan salah satu aktivis dari kelompok Indische Social Democratic Vereniging (ISDV).
Pemogokkan tersebut terjadi karena beberapa kebijakan pemerintahan kolonial dalam pengelolaan kereta api sangat merugikan buruh seperti pemotongan tunjangan hidup, menaikan sewa perusahaan, pembiayaan pribadi pakaian dinas, pemecatan pegawai sepihak, pengurangan upah kerja, dan lainnya.

Aksi massa menjadi senjata kaum pergerakan untuk menumbangkan kolonialisme saat itu.

Foto: Fajar Setiady (Koordinator Daerah Media Perdjoeangan Purwakarta)

Pos terkait