Bekasi, KPonline – Ada beberapa masyarakat yang bertanya tentang Perhimpunan Pendaki Gunung Dan Penjelajah Alam Kaonak. Biasanya mereka bertanya kenapa namanya Kaonak? Kenapa salamannya begitu?
Yanto selaku ketua umum perhimpunan pendaki gunung dan penjelajah alam Kaonak mencoba menjelaskan melalaui tulisan ini pada Jum’at, (16/10/2020), agar setidaknya masyarakat mengetahui, begini penjelasannya.
Kalau kamu bertemu temanmu yang asli orang Sunda atau Jawa, ada adat bersalaman dengan kedua belah tangan ditangkupkan. Orang Sunda sih menyebutnya dengan istilah munjungan. Di Irian Jaya beberapa suku pedalaman cara salaman dilakukan dengan saling ngejepit jari tengah dan jari telunjuk lantas menariknya sampai kedengaran bunyi “Ctak”.
Iya sih, cuma sekedar cara salaman, sekedar cara menyampaikan salam, tapi buat sebagian besar masyarakat justru dari situlah sopan santun seseorang dilihat. Bagaimana bisa menghormati adat yang rumit dan ngejelimet kalau sekedar ngasih salam saja masih salah, ya ngga?
Jangan salah, ngasih salam tiap daerah itu juga berbeda di tiap tempat karena bermacam sebab dan adat. Tapi menurut ahli sosiologi-antripologi faktor utamanya adalah kondisi geografis masyarakat yang bersangkutan.
“Maka perhimpunan pendaki gunung dan penjelajah alam “Kaonak” mengambil jabat tangan antar anggotanya dengan gaya suku Dani di pedalaman Iran Jaya, yaitu dengan saling ngejepit jari tengah dan jari telunjuk lantas menariknya sampai kedengaran bunyi Ctak,” jelas Yanto.
Sedangkan nama Kaonak juga diambil dari bahasa suku Dani lembah Baliem di pedalaman Irian Jaya yang punya arti salam perdamaian. Maka harapannya kehadiran perhimpunan pendaki gunung dan penjelajah alam Kaonak bisa menciptakan perdamaian bagi kehidupan bermasyarakat.
“Jangan salah salam tidak hanya dilakukan dengan sekedar jabat tangan biasa saja, apa lagi kalau kita ketemu sohib, saudara pasti masing-masing daerah berbeda-beda,” pungkasnya. (Yanto)