Jakarta,KPonline – Jika tidak ada kendala, pada tanggal 20 Oktober mendatang Jokowi akan dilantik menjadi presiden untuk kedua kalinya. Tentunya, tak lama kemudian diumumkan Kabinet Kerja jilid II. Prediksi dan saran untuk kabinet keduanya juga sudah berseliweran di media sosial
Lalu siapa saja yang terpilih menteri? Lebih banyak menteri parpol, atau menteri profesional ? Lalu siapa yang di untungkan dari brutalnya Pemilu 2019 kemarin? Dan apa yang di dapat oleh rakyat kecil?.
Berita tentang rebutan kursi menteripun kini setiap hari kita saksikan di semua stasiun TV mainstream. Para politisi seakan tanpa malu-malu meminta jatah menteri. Biarlah kabinet Jokowi diisi oleh orang- orang yang memang kompeten, bukan hanya karena politik dagang sapi, kompromi atau sekedar jargon untuk menebus dosa atas kegaduhan pemilu yang membuat dua kubu saling bertikai.
Gerindra, PKS dan lainnya tidak perlu memaksakan diri masuk dalam kabinet dan memaksakan kadernya di pilih duduk sebagai menteri. Akan aneh ketika baru saja bertikai lalu mereka duduk bersama menjadi salah satu anggota kabinet.
Paska pemilu mungkin sudah banyak rakyat yang melupakan perseteruan dan kembali sadar akan kenyataan bahwa kehidupan semakin banyak masalahnya. Rakyat harus kembali pandai mencari peluang agar bisa tetap mempertahankan diri di tengah gempuran masalah baik ekonomi, kehidupan sehari- hari, harga yang merangkak naik, PHK dan ancaman lainnya
Peternak ayam kaget ketika harga jual ayam tidak sebanding dengan perjuangannya saat memelihara ayam. Petani karet yang sedang terpuruk karena harga jualnya yang terus anjlok. Dan buruh pabrik yang terus saja berhutang untuk kebutuhan hidup mereka. Banyak yang harus dipikirkan mereka. Akan bertambah pusing jika harus menyaksikan perdebatan para politisi yang sedang melakukan taktik mendekati penguasa terpilih agar ikut serta dalam kabinet yang sedang direncanakan.
Kini rakyat semakin sadar bahwa politik itu hanyalah kepentingan kaum mereka saja. karenanya mereka jangan sampai menutup logika, kejernihan berpikir, menutup diri dari kenyataan akan kebenaran yang sebenarnya.
Cukup sudah narasi tentang kecebong dan kampret membuat rakyat seperti berperang melawan saudaranya sendiri