Siswa SD yang Sisihkan Uang Jajan Untuk Guru Berhonor Kecil Ini Bikin Nangis…

Siswa SD yang Sisihkan Uang Jajan Untuk Guru Berhonor Kecil Ini Bikin Nangis…
Siswa SD Mentel 1, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul, mengumpulkan uang saku untuk membantu memberikan honor guru, Jumat (14/9/2018).(KOMPAS.com/Markus Yuwono)

Jakarta, KPonline – Sedih membaca berita kompas.com tentang siswa SD yang menyisihkan uang jajan untuk diberikan kepada guru yang berhonor kecil. Bagaimana tidak, sejak 2005, upah guru tidak tetap itu hanya mendapatkan honor sebesar Rp 100.000 per bulan. Mereka mendapat uang tambahan berupa upah dari alokasi dana BOS sebesar Rp 200.000.

Sulit membayangkan, mereka yang mengabdi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa ini, hanya hidup dengan gaji 300 ribu. Satu hal yang membuat hati kita menangis, akhirnya sang murid menyisihkan yang sakut seribu-dua ribu untuk membantu para guru dengan honor kecil itu.

Bacaan Lainnya

Hal yang wajar jika kemudian kita menggugat. Dimana tanggungjawab pemerintah?

Sebagaimana diberitakan dalam artikel yang telah tayang di Kompas.com dengan judul “Siswa SD Sisihkan Uang Jajan untuk Guru Berhonor Kecil, Kita Bisa Belajar Apa?”, untuk menumbuhkan kepedulian terhadap sesama di zaman mileneal saat ini bukanlah perkada mudah bagi guru di sekolah. Namun, tantangan tersebut ternyata berhasil dijawab oleh para siswa dan guru di Sekolah Dasar Mentel 1, Desa Hargosari, Kecamatan Tanjungsari, Gunung Kidul, DIY.

Para siswa secara sukarela menyisihkan uang jajan mereka untuk diberikan kepada guru yang masih berstatus GTT alias Guru Tidak Tetap (GTT). Seperti diketahui, GTT hanya mengantongi Rp 100.000 per bulannya dari pemerintah. Berikut fakta yang terungkap dari kepedulian para siswa di SD Mentel 1 di Gunung Kidul:

1. Inisiatif siswa untuk membantu guru

Ratusan siswa SD Mentel 1 menyisihkan sebagian uang saku mereka untuk dimasukkan ke kantong plastik yang telah disediakan sekolah. Jumlahnya bermacam-macam, mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 10.000. Uang tersebut mereka sisihkan untuk membantu 8 guru GTT dan pegawai tidak tetap di SD tersebut.

Di SD tersebut, ada sekitar 158 siswa. Mereka berinisiatif untuk menyisihkan uang saku mereka lalu diakomodasi pihak sekolah dan Komite Sekolah. “Uang ini nantinya untuk Bapak dan Ibu Guru, kasihan mereka tidak mendapatkan gaji layak dari pemerintah,” kata Carisa Moniati, salah satu siswa, Jumat (14/9/2018).

2. Uang sukarela dikumpulkan setiap Jumat

Siswa SD Negeri 002 Peso, Bulungan yang terletak di pedalaman, melakukan kegiatan membaca di luar jam pembelajaran.

Carisa menceritakan, secara tak sengaja beberapa siswa mengetahui kondisi para guru GTT di sekolah mereka hanya mendapat gaji Rp 100.000 per bulan. Setelah kondisi tersebut diceritakan kepada orangtua, akhirnya muncul inisiatif untuk membantu dengan cara menyisihkan uang saku setiap hari Jumat.

“Enggak apa-apa, setiap Jumat juga membawa makanan dari rumah, paling jajan es,” kata Carisa.

Kegiatan tersebut ternyata mendapat sambutan positif dari pihak sekolah dan tentunya para guru GTT.

“Kami terharu semangat siswa dan orangtuanya untuk membantu kegiatan belajar di sekolah ini,” kata Bayu Dwi Nur Cahyani, salah satu guru GTT.

3. Honor kecil, semangat tak pernah pudar

Lokasi SD Mentel 1 ada di pinggiran Kabupaten Gunungkidul, jauh dari keramaian dan pusat kota. Namun, apa yang ditunjukkan para siswa dan orangtua murid kepada guru GTT patut diacungi jempol.

Bayu mengatakan, sejak 2005, honor sebagai GTT hanya Rp 100.000 per bulan, ditambah bantuan dana BOS sebesar Rp 200.000.

“Tetap semangat mengajar, ndak apa-apa, yang penting anak-anak memeroleh pendidikan yang baik,” kata Bayu.

4. Sumbangan sudah berlangsung sejak Maret 2018

Kepala SD Mentel 1, Kamijan mengatakan, kegiatan sosial setiap Jumat tersebut sudah berlangsung sejak Maret 2018. Setiap bulan, para siswa ini mampu mengumpulkan dana sekitar Rp 2 juta dan uang tersebut akan dibagikan kepada 8 GTT maupun Pegawai Tidak Tetap.

“Pengumpulan ini tidak ditentukan nominal, jika terdapat siswa yang tidak memberi infak pun juga diperbolehkan tergantung kepada kemampuan serta keikhlasan para siswa yang ada,” kata Kamijan.

Dia berharap, pemerintah segera menaruh perhatian kepada guru GTT.

Pos terkait