SMAN 1 Pracimantoro Sosialisasikan Pencegahan Tindak Kekerasan Sekolah Melalui Pagelaran Wayang Kulit

SMAN 1 Pracimantoro Sosialisasikan Pencegahan Tindak Kekerasan Sekolah Melalui Pagelaran Wayang Kulit

Wonogiri, KPonline – Keluarga besar SMAN 1 Pracimantoro Wonogiri atau kerap disebut sebagai Samsaprama melaksanakan pagelaran wayang kulit pada Kamis (16/5/2024). Ada tiga event sekaligus yang dihelat dalam balutan wayangan tersebut.

“Kami melaksanakan sosialisasi pencegahan dan penanganan tindak kekerasan di sekolah, kemudian sosialisasi berbagi praktik baik kepada orang tua, dan gelar karya P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dengan tema kewirausahaan,” ungkap Kepala SMAN 1 Pracimantoro Sri Paminto S.S, M.Pd.

Sosialisasi pencegahan dan penanganan tindak kekerasan di sekolah dengan media  wayang  mengambil lakon Pendadaran Paguron Sokalima. Lakon ini menceritakan tentang Pandawa dan Kurawa saat berguru di padepokan Sokalima.

Dalam menempuh pendidikan itu akhirnya ada intrik perundungan atau bullying dari Kurawa terhadap Pandawa. Isi cerita dalam lakon wayang ini diharapkan bisa dipelajari anak anak, bahwa dalam pergaulan agar menghindari sikap buruk sebagaimana yang dilakukan kurawa.

Sebaliknya Pandawa yang baik dan serius belajar akhir endingnya sukses dan menjadi raja atau ksatria sejati. Sikap dan sifat personil Pandawa inilah yang wajib diteladani para siswa.

“Harapannya anak bisa belajar dari cerita wayang dengan mencontoh Pandawa, dan jangan seperti Kurawa,” kata Sri Paminto.

Selain itu, menurut dia, melalui pagelaran wayang kulit anak bisa turut melestarikan seni dan budaya. Terlebih sang dalang yakni Kepala SMAN 1 Pracimantoro Wonogiri sendiri, yakni Ki Sri Paminto dan penabuh gamelan adalah para siswa Smasaprama dibantu siswa SMK Pariwisata Pracimantoro untuk pesinden dan pengendang.

Informasi yang dihimpun koran perdjoeangan (18/5/2024) Ki Sri Paminto merupakan kepala sekolah yang hobby mendalang dan keturunan dalang asal Klaten. Sosok satu ini sudah mengenal dan berpengalaman mendalang sejak masa kuliah.

“Sosialisasi kedua berbagi praktik baik, pelaksanaannya saat wayang memasuki goro-goro ada talkshow antara sekolah dengan orang tua wali, curhat bareng perkembangan anak didik,” beber dia.

Selain itu, menurutnya melalui pagelaran  wayang kulit anak bisa turut melestarikan seni dan budaya. Terlebih sang dalang yakni Kepala SMAN 1 Pracimantoro Wonogiri sendiri, yakni Ki Sri Paminto dan penabuh gamelan adalah para siswa Smasaprama dibantu siswa SMK Pariwisata Pracimantoro untuk pesinden dan pengendang.

Di samping itu ada gelar karya P5 di komplek sekolah. Para siswa menyajikan potensi makanan maupun kerajinan berbahan dasar lele dan jagung, misalnya aneka olahan lele, vas bunga dari klobot, dan sejenisnya.

Pemilihan bahan dasar lele dan jagung ini cukup beralasan. Mengingat SMAN 1 Pracimantoro Wonogiri mempunyai kolam lele, plus wilayah Pracimantoro merupakan salah satu sentra tanaman jagung.

Dan yang membanggakan SMAN 1 Pracimantoro Wonogiri mempunyai gamelan dan tim karawitan dengan nama ‘SMANSAPRAMA LARAS’ sejak Sri Paminto ditugaskan sebagai kepala sekolah. (Yanto)