Surabaya, KPonline – PC SPAI FSPMI Surabaya menggelar acara Sosialisasi Peraturan Organisasi yang dihadiri oleh Pimpinan Pusat (PP), Pimpinan Cabang (PC), serta kader dari berbagai wilayah di Jawa Timur. Acara yang berlangsung di Gedung Remaja, Jl. Dukuh Kupang, Surabaya, ini diikuti oleh 62 peserta dari berbagai PC SPAI FSPMI se-Jawa Timur.
Acara ini menghadirkan Nur Mubin, Ketua Pimpinan Pendidikan PP SPAI, sebagai pemateri utama. Dalam penyampaian materinya, Nur Mubin menekankan pentingnya pendidikan berjenjang, mulai dari materi dasar hingga lanjutan. Namun, ia juga menyoroti kendala-kendala yang sering dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan tersebut, seperti keterbatasan anggaran, kurangnya pemahaman terhadap job description, serta minimnya komunikasi yang efektif antar-pengurus.
“Kita sering kali terjebak dalam pola pikir bahwa pendidikan harus selalu formal dan komprehensif, padahal dalam kondisi tertentu, pendidikan nonformal dengan satu atau dua materi saja bisa menjadi solusi,” ungkap Nur Mubin. Ia juga menyoroti pentingnya konsolidasi internal sebelum melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Tantangan dalam Pelaksanaan Pendidikan
Dalam diskusi yang berlangsung, terungkap beberapa tantangan utama yang dihadapi oleh kader SPAI FSPMI, di antaranya:
Minimnya Pemahaman Tugas dan Fungsi.
Banyak kader yang belum memahami job description di masing-masing bidang, baik di organisasi maupun pendidikan. Akibatnya, mereka kesulitan menentukan langkah konkret yang harus dilakukan.
Pendidikan sering kali terkendala oleh keterbatasan dana, terutama untuk pelatihan intensif yang membutuhkan waktu lebih dari satu hari.
Beberapa kader mengeluhkan kurangnya komunikasi dan koordinasi dari pengurus, baik di tingkat PC maupun PP, sehingga program pendidikan sering kali tidak berlanjut.
Stigma dan Mispersepsi tentang Pendidikan
Beberapa wilayah menganggap bahwa pendidikan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengurus pusat atau cabang, tanpa mempertimbangkan pelaksanaan secara mandiri.
Sebagai solusi, Nur Mubin menyarankan pendekatan yang lebih fleksibel dan mandiri, antara lain:
1.Mengadopsi pendidikan dengan satu atau dua materi sesuai kebutuhan lokal dan anggaran yang tersedia.
2.Konsolidasi Internal
Meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar-kader serta pengurus untuk memperkuat pemahaman tentang tugas dan fungsi masing-masing.
3.Kearifan Lokal dalam Pendanaan
Mengupayakan pendanaan mandiri di tingkat PUK (Pimpinan Unit Kerja) untuk pelaksanaan pendidikan, dengan dukungan subsidi dari PC jika memungkinkan.
4.Pendekatan Praktis dan Efektif
Fokus pada materi-materi yang relevan dengan kebutuhan organisasi, seperti pengembangan wilayah, penambahan anggota, dan pemahaman job description.
Acara ini menjadi pengingat pentingnya pendidikan sebagai sarana pembekalan dan kaderisasi dalam organisasi. Nur Mubin menekankan bahwa setiap tingkatan dalam struktur organisasi memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
“Jangan sampai birokrasi internal menjadi hambatan dalam pengembangan organisasi. Kita perlu memperkuat sinergi dan menciptakan solusi yang sesuai dengan kondisi di lapangan,” tambahnya.
Dengan pendekatan yang lebih inklusif dan kolaboratif, diharapkan program pendidikan di SPAI FSPMI dapat berjalan lebih efektif dan memberikan dampak positif bagi pengembangan organisasi di masa depan.
Acara sosialisasi ini berhasil menggugah kesadaran para peserta akan pentingnya pendidikan dan komunikasi yang baik dalam organisasi. Semoga langkah-langkah yang telah dibahas dapat segera direalisasikan demi kemajuan SPAI FSPMI, khususnya di wilayah Jawa Timur.
(Natalia)