Bang Rizal Ramli yang baik hati,
Terima kasih sudah mengajarkan kepada kami, bahwa jabatan adalah ladang untuk berbuat kebaikan. Semakin kita memiliki kuasa, semestinya menjadikan kita lebih peduli. Lebih berani. Lebih gagah berdiri didepan sebagai pelindung bagi mereka yang dinistakan.
Banyak orang mengatakan bahwa jabatan adalah amanah, tetapi gagal mewujudkannya dalam praktek. Banyak orang, yang ketika menggenggam jabatan, justru menjadikannya tidak lagi ramah. Mereka menjadi tuli. Jabatannya, didedikasikan semata-mata untuk kepentingan diri dan kelompoknya sendiri. Mereka tidak lagi mendengar suara rakyat jelata, yang seharusnya dilayani. Disejahterakan. Dibahagiakan.
Tetapi, bang Rizal Ramli, Anda berbeda dengan yang lainnya.
Ketika diberi kepercayaan menjadi Menteri di pemerintahan Jokowi – JK, suaramu tetap lantang. Bahkan dengan gagah berani Anda menentang para cukong dalam reklamasi. Meskipun dengan itu Anda harus kehilangan posisi Menteri. Sebuah posisi yang bagi banyak orang bergengsi mati-matian berusaha mempertahankannya.
Kami tahu, ketegasan dan keberanian Anda bukan hal baru. Sejak muda, dulu, Anda dikenal konsisten dengan keberpihakannya kepada rakyat kecil. Bahkan, tanpa posisi mentereng sekalipun, anda sudah berani melawan tirani. Anda bukanlah tipe penjilat. Bukan tipe kutu loncat hanya demi sebuah posisi.
Selain berani, berintegritas, Anda juga dikenal sebagai ekonom kerakyatan. Kami ingin sentuhan pemimpin yang menggunakan hati — demi rakyat. Bukan sebaliknya, menggusur dan menggusir demi kepentingan investasi. Karena itu, sekali ini saja bang Rizal Ramli. Sudilah kiranya Anda maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Memimpin kami untuk menjadikan DKI Jakarta lebih baik lagi.
Bang Rizal, Jakarta membutuhkan anda.
Kami tidak ingin ada lagi air mata yang tumpah di Ibukota hanya karena pemimpinnya yang arogan.
Kami membutuhkan pelindung dari pemodal yang bengis dan serakah.
Kami membutuhkan pemimpin yang berani untuk berkata tidak, ketika tanah dan airnya dieksploitasi. Ketika rakyat dipungungi, ditinggalkan, dibohongi, setelah diberikan janji-janji.
Bang Rizal, sebelumnya, barangkali anda tidak terpikir untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta. Tetapi, kali ini kami – masyarakat DKI Jakarta – yang meminta.
Kami percaya, partai politik akan memberikan kesempatan kepada anda membenahi DKI Jakarta. Pemimpin yang lahir dari kehendak rakyat. Bukan mereka yang diusung atas dasar deal-deal politik. Semacam transaksi untuk memuluskan kepentingannya.
Demikianlah, bang Rizal. Mari bersama-sama membangun DKI Jakarta. Kami akan mendukung dan berada di belakang Anda. Demi Jakarta baru. Jakarta tanpa air mata, karena rakyatnya tersingkir dan terlupakan demi sebuah kata: pembangunan. (*)