Jakarta, KPonline – Media resmi organisasi FSPMI yang paling banyak di akses adalah media sosial, seperti Facebook, Twitter, Path, dan WhatshApp. Bahkan prosentasenya cukup tinggi, mencapai 66,9 persen.
Keputusan Kongres FSPMI untuk mengangkat staff khusus bidang media sosial ternyata tepat. Melalui media sosial kita bisa melakukan kampanye dalam banyak hal. Karena, memang, mayoritas inilah yang paling banyak di akses.
Jika dulu untuk menyampaikan gagasan melalui media konvensional seperti televisi, radio, majalah atau koran. Kini, sarana yang digunakan untuk menyampaikan ide dan gagasan lebih variatif. Salah satunya melalui media sosial. Cara ini terbukti nyata lebih mudah, murah, dan efektif.
Tidak hanya di Indonesia, bahkan di seluruh belahan dunia, media sosial digunakan sebagai sarana berkampanye. Oleh karena itu, sebagai organisasi gerakan, FSPMI dituntut untuk mampu menjawab tantangan ini. Ide dan gagasan yang disampaikan melalui media sosial, itu bisa langsung segera direspons. Masyarakat yang mengakses media sosial dan mengetahui gagasan tersebut dapat langsung menanggapinya.
Tantangannya adalah, apakah kita bisa konsisten dan efektif dalam menyajikan informasi. Dalam hal ini, kita juga terus belajar untuk menyajikan informasi yang menarik dan relevan, sehingga mengundang banyak masyarakat atau netizen, khususnya kaum buruh, untuk turut berpartisipasi.
Terbesar kedua yang banyak diakses adalah KPonline, dengan 21,2 persen. Itu artinya, KPonline sudah menemukan pembacanya tersendiri. Hal ini terlihat dengan kunjungan yang terus naik.
Koran Perdjoeangan cetak paling sering dilihat oleh 5,7 persen persen. Data ini memberikan gambaran kepada kita, bahwa KP Cetak juga memiliki pembacanya sendiri. Hal yang tepat jika keberadaan KP Cetak tetap dipertahankan.
Sementara itu, Youtube diakses paling sering diakses 0,8 persen responden, dan website FSPMI diakses 3,3 persen responden.
Sisanya, yang tidak pernah mengunjungi media resmi organisasi adalah 2 persen responden. (*)