Kopeng, KPonline – Tradisi Saparan, Dusun Sleker, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang kembali digelar selama 3 hari sejak Minggu hingga Selasa, 3 – 5 September 2023. Tradisi Saparan dikemas dengan kirab budaya sekaligus memeriahkan Merti Dusun Sleker.
Sejak pagi, warga Dusun Sleker yang terdiri dari 10 RT telah berbaris rapi di jalan kampung, mereka menggunakan berbagai kostum adat Jawa juga menampilkan beberapa tarian selama kirab berlangsung.
Informasi yang dihimpun koran Perdjoeangan, acara Saparan selama 3 hari diisi dengan berbagai kegiatan diantaranya :
1. Minggu, 3 September 2023 : Kirab Budaya, Ritual sumber mata air dan Kenduri budaya (metokan)
2. Senin, 4 September 2023 : Festival kesenian Sleker
3. Selasa, 5 September 2023 : Kesenian Kuda Lumping Wahyu Linggar Jati
Kirab yang diarak mengelilingi kawasan wisata Kopeng terdiri dari pasukan kuda yang dinaiki oleh Camat Getasan, Kepala Desa Kopeng beserta jajarannya. Di belakangnya, kepala dusun dan warga berjalan beriringan dengan kawalan pasukan Bregada Dusun Sleker.
Prosesi Tradisi Saparan berawal dari jalan dusun kemudian menuju Umbul Songo untuk ritual pengambilan air. Kirab dilanjutkan menuju Taman Wisata Kopeng untuk nantinya berlangsung rayahan tumpeng sayur.
Menurut Sri Suryanti menuturkan, Saparan merupakan bentuk rasa syukur masyarakat terhadap nikmat yang telah diberikan kepada Dusun Sleker. Apalagi Dusun Sleker yang juga sebagai tempat wisata, kemasan untuk Tradisi Saparan dibuat menjadi kirab budaya yang menarik.
“Saparan merupakan budaya dari nenek moyang yang sangat adiluhung. Kegiatan ini juga dalam rangka Merti Dusun atau ulang tahun dusun,” kata Suryanti, Minggu (3/9/2023).
Perayaan Merti Dusun dilaksanakan di hari Minggu Pahing, setiap bulan Sapar. Untuk tahun 2023, maka jatuh pada hari Minggu, 3 September.
Lebih lanjut ia mengatakan pengambilan air di Tuk Songo atau Umbul Songo bertujuan untuk mengingatkan kepada masyarakat untuk ikut andil menjaga kelestarian sumber air yang menjadi sumber kehidupan warga Dusun Sleker. Apalagi, warga Dusun Sleker sangat bergantung pada mata air di Tuk Songo.
“Prosesi pengambilan air Tuk Songo yang diberikan kepada Denok dan Kenang sebagai simbol pembawa air kehidupan,” katanya.
Saat pengambilan air, juga dilakukan prosesi ritual untuk memohon supaya sumber air di Dusun Sleker yang sangat melimpah dan bisa tetap lestari.
“Kami mengangkat sosok kenang dan denok sebagai pembawa air kehidupan dari mata air yang akan disiramkan ke tumpeng hasil bumi sleker dan nantinya akan menjadi rebutan oleh wisatawan dan masyarakat di Sleker Kopeng,” pungkasnya.
Harapannya semoga hasil bumi di Dusun Sleker senantiasa melimpah dan sumber air terjaga kelestariannya. Serta masyarakat diberikan berkah kesehatan, rejeki dari aktivitas pariwisata, pertanian dan pekerjaan lain.
Saparan tahun ini kali ini juga dikemas dengan kegiatan Festival Budaya Kulon Kayon. Tema yang diusung ‘Desa Mawa Cara, Negara Mawa Tata. Gliyak-gliyak Tumindak, Sareh Pakoleh”.
Artinya ‘Desa memiliki adat, negara memiliki aturan. Meskipun bertindak pelan-pelan tetapi bisa terlaksana keinginannya’. (Yanto)