Tragedi Uban, Aku Disangka Kakek-Kakek

Tragedi Uban, Aku Disangka Kakek-Kakek

Ini kisah nyata yang perlu untuk diceritakan karena sangat lucu dan menggelitik pikiranku. Siang itu (15 Maret 2023) sebelum ke sekretariat FSPMI Kabupaten/Kota Bekasi aku mampir kesalah satu bank nasional di wilayah Tambun Selatan Bekasi untuk melakukan transaksi di teller.

Saat aku masuk disambut dengan ramah oleh security bank, “Assalamualaikum, selamat pagi bapak, ada yang bisa dibantu, ” kata Security

“Walaikumsalam, mau ke teller pak,” kataku
Lalu security memberikan nomor antrian teller kepadaku dan mempersilah aku duduk. “Silahkan duduk pak, mohon ditunggu,” katanya

Antrian cukup panjang dan waktu itu aku dapat antrian urutan ke 27, cukup lama memang karena teller hanya buka satu loket dan baru sampai diantrian ke 13 yang sedang transaksi. Terlihat antrian ke 13 cukup lama karena transaksi cukup banyak di kisaran 300 jutaan yang harus dihitung oleh teller dengan mesin penghitung dengan benar

Saat menunggu antrian datanglah seorang nenek, anak dan cucunya yang juga akan melakukan transaksi diteller.

Cucu si nenek cukup energik dan ganteng sekali itu bocah, usai mengambil antrian si nenek dan anaknya dipersilahkan duduk oleh security bank. “Ibu silahkan duduk dulu untuk menunggu antrian,” kata Security bank sambil menunjukkan bangku didepan ku kepada si nenek dan anaknya

Nenek dan anaknya pun segera duduk di bangku yang posisinya kebetulan didepanku, sedangkan cucunya duduk di bangku sampingku.

Si anak yang lincah itu aku angkat agar bisa duduk dibangku samping aku duduk yang juga menunggu antrian, “Adik mau duduk, om angkat ya…?,” kataku

Tanpa menunggu ia menjawab aku angkat anak tersebut untuk duduk di bangku sebelah dan berdampingan denganku sambil kutanya siapa namanya dik?

Ibu si adik menjawab, Bagus, sambil tersenyum manis ibunya menemani si Nenek. Lalu aku tanya lagi, Bagus sudah sekolah belum..? tanyaku

Sambil menengok kebelakang ibu si Bagus dengan ringan menyaut, “Belum sekolah Kek…” Katanya

Mendengar jawaban ibu si Bagus, aku tersenyum dibalik masker yang kupakai, dan dalam batinku aku bergumam, “Sudah setua itukah aku, sehingga dipanggil kakek…?” Gumamku dalam hati

Memang bukan salah ibu si Bagus, penampilanku dengan rambut putih penuh dengan uban memang membuat banyak orang yang tidak kenal betul aku akan tertipu dan menyangka aku sudah usia setengah abad lebih, padahal sebenarnya aku masih muda, haa.. haa.. haa.

Dan tragedi seperti ini memang bukan kali ini saja aku alami sebelumnya ada yang panggil om, paman, pak dhe, Mbah dan lainnya. Namun bagiku terserah mau dipanggil apa yang penting aku selalu diberikan panjang umur dan kesehatan.

Bekasi, 23/3/2023
Yanto