Jakarta, KPonline – Menyikapi kenaikan beberapa item kenaikan harga sembako, BBM, dan listrik, pada hari Rabu tanggal 25 Juli 2018, ratusan buruh perempuan yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) akan melakukan aksi unjuk rasa di depan Istana Negara, Jakarta. Demikian disampaikan Presiden KSPI Said Iqbal di Jakarta, Selasa pagi (24/7/2018).
Tidak hanya perempuan KSPI. Dalam aksi ini, Federasi Serikat Pekerja Aneka Sektor Industri (FSPASI) dan beberapa elemen lain juga menyatakan akan bergabung.
Menurut Said Iqbal, buruh perempuan adalah pihak yang paling merasakan dari adanya kenaikan harga tersebut. Selain pekerja, mereka juga merupakan ibu rumah tangga. Sehingga paling mengetahui sulitnya mengatur uang belanja disaat harga-harga naik.
“Kenaikan upah dibatasi dengan PP 78/2015 tentang Pengupahan, sementara harga-harga kebutuhan terus mengalami kenaikan. Akibatnya daya beli buruh semakin berkurang,” tutur Said Iqbal.
Oleh karena itu, lanjut Iqbal, dalam aksi ini para buruh mengusung slogan: “yang naik upahnya, bukan harga-harga.”
Pria yang juga menjadi Presiden Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) ini mengatakan, para buruh akan mengusung tiga tuntutan.
Pertama, turunkan harga sembako, BBM, dan TDL (Bangun kedaulatan pangan dan energi).
Kedua, cabut PP 78/2015 yang menyebabkan upah murah – Stop Rencana Penghapusan Upah Sektoral
Ketiga, stop PHK – Stop TKA Unskilled workers – Ciptakan Lapangan Pekerjaan yang Layak.
Ketiga tuntutan itu, secara garis besar sama dengan tuntutan yang diusung oleh buruh dalam aksi May Day 2018. Saat itu, para buruh mengusung TRITURA, yang mecakup turunkan harga barang, akhiri upah murah, dan tolak TKA China Uskilled Workers (ciptakan lapangan kerja untuk rakyat Indonesia).
“Sayangnya, apa yang menjadi tuntutan buruh pada 1 Mei lalu tidak ditindaklanjuti oleh pemerintah. Malahan beberapa hari terakhir ini kita menyaksikan harga-harga terus mengalami kenaikan,” pungkas Said Iqbal.