– Sekitar 70% dari pekerja di Indonesia bekerja di industri kecil menengah atau sektor informal, yang sebagian besar diantaranya masih kurang pengetahuan mengenai pentingnya kebutuhan air pada pekerja –
Jakarta, KPOnline – Dari 125,3 juta jiwa masyarakat pekerja yang dimiliki Indonesia (Data Badan Pusat Statistik, Februari 2014), sekitar 70% diantaranya bekerja di industri kecil menengah atau sektor informal dimana sebagian besar dari mereka (baik pemberi kerja maupun pekerja) masih kurang mengetahui fungsi dan pentingnya air pada pekerja. Hal ini terungkap dalam talkshow yang diadakan Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (PERDOKI) bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) hari ini (Rabu, 04/03) dengan tema, “Apakah Minum 2 Liter Sehari Cukup bagi Pekerja?” di Hotel Le Meridien, Jakarta. Talkshow ini membahas mengenai kecukupan cairan ideal bagi pekerja di Indonesia.
Acara ini sekaligus menandakan peluncuran buku Pedoman Kebutuhan Cairan bagi Pekerja agar Tetap Sehat dan Produktif, yang disusun oleh tim kontributor PERDOKI. Buku panduan pemenuhan kebutuhan cairan bagi pekerja ini khususnya ditujukan kepada manajemen/pengelola tempat kerja, praktisi kesehatan, petugas K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), Bagian Sumber Daya Manusia, dan para pekerja.
Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, dr. Anung Sugihantono, Mkes yang hadir memberi sambutan pada acara ini mengatakan, “Kami terus berupaya menciptakan masyarakat pekerja Indonesia sehat sesuai dengan yang termaktub dalam pasal 164 Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan. Masyarakat pekerja Indonesia mempunyai karakteristik khusus dengan risiko kesehatan yang berasal dari pekerjaan dan lingkungan kerjanya. Upaya pencegahan perlu dilakukan agar risiko kesehatan terkait pekerjaan tersebut tidak menjadi gangguan dan masalah kesehatan.”
“Kami mengharapkan diskusi hari ini serta buku Pedoman Kebutuhan Cairan Bagi Pekerja agar Tetap Sehat dan Produktif dapat memperluas pengetahuan para pemberi dan pelaku kerja di Indonesia mengenai pentingnya kecukupan cairan dalam tubuh saat bekerja demi terciptanya masyarakat pekerja sehat dengan produktivitas yang optimal,” kata dr. Anung.
Iklim tropis di Indonesia menyebabkan risiko gangguan kesehatan pada pekerja menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan risiko pekerja di negara-negara beriklim dingin, salah satunya adalah gangguan kesehatan akibat tekanan panas (heat stress).
Di samping itu, terdapat juga beberapa industri yang suhu lingkungan kerjanya sangat tinggi.
Sekitar 70% dari pekerja di Indonesia bekerja di industri kecil menengah atau sektor informal, dan sebagian besar pekerja maupun pemberi kerja di sektor tersebut mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, sehingga masih banyak yang belum berpengetahuan mengenai fungsi dan kebutuhan air pada pekerja.
Kondisi kurang cairan dalam tubuh tanpa disadari dapat menyebabkan penurunan daya konsentrasi, kemampuan berpikir, dan kewaspadaan seseorang sehingga berpotensi memberikan pengaruh negatif bagi kualitas kinerja dan produktivitas, bahkan keselamatan seorang pekerja.
Tak hanya pekerja yang terekspos panas, risiko gangguan kesehatan juga berlaku bagi mereka yang bekerja tanpa melakukan aktivitas fisik berat atau di lingkungan panas, seperti pekerja kantoran yang seharian bekerja di lingkungan ber-AC.
Ketua Umum PERDOKI, dr. Nusye E. Zamsiar, MS, SpOk, yang menjadi salah satu narasumber dalam talkshow ini mengatakan buku Pedoman Kebutuhan Cairan bagi Pekerja agar Tetap Sehat dan Produktif dihadirkan karena sejalan dengan sebuah gerakan yang diprakarsai oleh PERDOKI, yaitu ‘Hidup Sehat, Kerja Produktif, Bebas dari Penyakit Akibat Kerja’. “Peluncuran buku ini sebagai bagian dari upaya mencapai tujuan PERDOKI untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat pekerja. Salah satu cara untuk mewujudkannya sangat sederhana namun seringkali kurang diperhatikan, yaitu dengan pemenuhan kebutuhan cairan bagi pekerja. Kami berharap buku ini nantinya bisa menjadi sumber informasi bagi praktisi kesehatan dan non-kesehatan dalam memenuhi kebutuhan para pekerja,” ujarnya.
dr. Maya Setyawati, MKK, SpOk sebagai perwakilan dari Tim Penulis buku Pedoman Kebutuhan Cairan bagi Pekerja agar Tetap Sehat dan Produktif, menuturkan, “Buku ini menyuguhkan berbagai informasi yang dibutuhkan untuk menciptakan masyarakat pekerja Indonesia yang terhidrasi baik, termasuk langkah-langkah yang bisa dilakukan oleh pihak-pihak terkait.”
Di dalam buku ini diungkapkan bahwa setiap pekerja sebaiknya membiasakan diri untuk mengonsumsi air minum secara teratur dalam jumlah kecil sebelum merasa haus untuk dapat mempertahankan tingkat hidrasi yang baik selama bekerja. Bagi yang beraktivitas dengan tingkat sedang pada iklim kerja cukup panas, baiknya pekerja minum satu gelas air (150 – 200 mL) setiap 15-20 menit. Lingkungan kerja yang panas atau jenis pekerjaan berat membutuhkan air minum2,8 Liter/hari, sedangkan untuk jenis pekerjaan ringan atau pekerjaan dengan suhu lingkungan tidak panas membutuhkan air minum minimal 1,9 Liter/hari.
dr. Maya menambahkan, “Pastikan juga para pekerja untuk memilih air minum yang baik, yaitu air yang dingin (dalam suhu 10-15ºC) dan memenuhi syarat kesehatan. Lebih dianjurkan bagi pekerja untuk minum air putih, bukan cairan yang mengandung soda, kafein, kadar gula yang tinggi atau alkohol, karena minuman-minuman ini justru akan mempermudah pekerja mengalami dehidrasi.”